Lepaskanlah
dirimu dari berlebihan terhadap cinta dunia, tinggakanlah untuk terus
menerus bermaksiat, langgengkanlah pada masalah rahmat laduniyah (dari
sisi Allah), dan mohonlah pertolongan melalui rahmat itu pada segala
tindakan, serta janganlah hatimu bergantung dengan sesuatu, maka engkau
termasuk orang-orang yang sangat mendalam (dan benar) dalam ilmu,
dimana rahasia batin dan ilmu tidak pernah hilang.
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refeksi zuhud, lalu penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk.
Janganlah engkau menunda-nunda, yang bisa membuatmu tenggelam dalam kegelapannya dan anggota badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan. Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami,” katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk.”
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refeksi zuhud, lalu penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk.
Janganlah engkau menunda-nunda, yang bisa membuatmu tenggelam dalam kegelapannya dan anggota badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan. Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami,” katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk.”
Sedangkan petunjuk itu tidak akan pernah ada kecuali pada
orang yang bertaqwa; tiada orang yang bertaqwa kecuali orang itu kontra
terhadap dunia. Tiada orang yang kontra terhadap dunia kecuali orang
yang menghina dirinya. Tidak ada orang yang menghina dirinya kecuali
orang yang tahu akan dirinya. Tidak pula tahu orang yang tahu akan
dirinya kecuali orang yang tahu Allah.
Tidak ada yang mengenal Allah
kecuali orang yang mencintai-Nya, dan tidak ada orang yang
mencintai-Nya kecuali orang yang telah dipilih dan dikasihi Allah, dan
antara dirinya terhalang dari hawwa dan nafsunya.
Ucapkanah: “Ya Allah,
wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Menghendaki, wahai Yang maha
Perkasa, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Terpuji, wahai
Tuhan, wahai Sang Raja, wahai Yang Ada, wahai Yang Memberi Petunjuk
wahai Yang Maha Memberi nikmat. Limpahkanlah kepadaku rahmat dari
sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Memberi Anugerah, dan Engkau memberi
nikmat pada hamba-Mu dengan nikmat agama dan nikmat hidayah, ”menuju
jalan yang lurus, jalan Allah yang Dia pemilik apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi. Ingatlah hanya kepada Allah lah segala urusan
kembali,” melalui kemuliaan Nama Agung ini. Amin.”
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah: “Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah: ”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”(Q.s. At-Taubah: 59)
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah: “Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah: ”Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.”(Q.s. At-Taubah: 59)
Wahai
orang yang berhasrat pada jalan selamat-Nya yang beruntung menuju
hadirat Kehidupan-Nya, jauhilah memperbanyak diri atas apa yang
diwenangkan Allah kepadamu. Tinggalkan apa yang tidak masuk dibawah
ilmumu dari apa yang telah dihalalkan oleh Allah bagimu.
Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah Saw.
Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah Saw.
”Kebaikan
adalah yang menentramkan jiwa dan menentramkan kalbu. Sedangkan dosa
adalah sesuatu yang merajut-rajut dalam jiwa dan membawa keraguan dalam
dada, walaupun manusia lain telah menasehatimu dengan yang selain dosa
itu.”
Maka fahamilah. Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan.
Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?”
Maka fahamilah. Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan.
Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?”
Hadist ini dapat mencukupkan bagimu, ”Dunia itu haramnya adalah siksa, dan halalnya adalah
hisab.”
Dunia yang tak ada hisab kelak di akhirat dan tak ada hijab
ketika di dunia, adalah dunia yang bagi pemiliknya tidak mengandung
hasrat kehendak sebelum adanya dunia itu, dan tidak pula mengandung
hasrat ketika dunia menyertainya, tidak pula kecewa ketika dunia hilang
dari sisinya. Sedangkan kebebasan mulia hanya bagi orang yang meraih
dunia secara berhadapan, tanpa sedikit pun pengaruh yang memperdayai
hatinya (karena dunia itu).
Aku
pernah bermimpi melihat Abu Bakr ash-Shiddiq, lalu beliau berkata
padaku, “Tahukah engkau apa tanda keluarnya cinta duniawi dari dalam
kalbu?” Aku bertanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Meninggalkannya
ketika ada, dan merasa ringan ketika dunia tak ada.”
No comments:
Post a Comment