Makam Al Hallaj |
Ceritasufi - Perdebatan dan tuduhan masih menyelimuti kematian Sang Martir, Al Hallaj. Namun kematian adalah kepastian, jadi tak ada permasalahn besar dalam pengetahuan ini. Singa meninggalkan amuan sedang manusia meninggalkan ilmunya. Mungkin itu ungkapan paling tepat bagi Al Hallaj. Ungkapan yang diaanggap sangat ektrem dan diluar kebiasaan menjadikan ia harus digantung dengan ditonton oleh teman dan lawan. Namun hidup adalah perjalanan yang mencari kesejatian, hakikat, atau kebenaran sejati. Namun disisi lain ilmu pengetahuan manusia adalah berpersepsi, berubah, dan berkembang sekehendak.
Hingga saat keberkehendakan itu lepas dari sandaran Nya. Maka Nya akan melimpahkan pre test, dan post test baik dalam bentuk cobaan maupun murka. Sandaran haq. Gigitlah dengan gigitan yang kuat agar track mu dalam Shiratalmustaqim (jalan lebar keberkahan Dia).
Simaklah bagaima Al Hallaj berseru saat ia tersadar dari kerinduan yang tak kuasa ia tahan kala Al-Haq mengelambui kalbu.
Wahai orang-orang yang hidup dalam ketakpastian,
baik pada sekarang waktu akan mendatang,
maupun masa lampau,
jangan pernah menyamakan "aku adalah"
dengan ke-"Aku"-an Tuhan.
Karena apabila kata "aku adalah" merupakan Pengetahuan sejati,
dan memang demikianlah tingkatan yang telah kucapai,
hal ini bukanlah suatu kesempurnaan hakiki.
Karena walau aku milik-Nya, aku bukanlah Dia.
Nya tetaplah Nya, tak ada sebanding dan menyamai. Tak berbayang dan dibayangi. Bukan lah Kata kerja atau sifat, apalagi masuk dalam kebendaan. Nur 'alan Nur. Esensi nya Esensi. Sedang kita hidup dalam alam persepsi.
Apakah salah saat hamba sedang mabuk cinta dan mengungkapkan rasa cinta Nya dengan sesama? Bagaiman dengan seorang remaja yang sedang dimabuk cinta? Juga dengan Al Hallaj.
Tidak..! Al Hallaj bukan mencintai gadis. Ia mencintai si Pembuat gadis. Al Hallaj berteriak karena dadanya sesak. Dimana laron sangat mencintai api pada lilin. Ia bertawaf mengikuti KehendakNya. Walau ia tahu benar akan terbakar, tapi Al Hallaj tetap mengitari api mahabbah. Hingga Sang Mahabbah membawanya.
"Dadaku sesak, penuh dengan kerinduan"
"Ingin kukabarkan kepada mereka"
"Bahwa jatuh cinta itu merdeka"
"Merdeka bagi pencariNya"
"Cinta tak biasa"
"Cinta ingin bercumbu"
"Tiap saat dengan Nya"
Wallahu'alam bissawab
No comments:
Post a Comment