Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Wednesday 11 December 2013

Awalnya Menolak Untuk Menikah (Akkaf Ibnu Wada’ah al Hilali)

Illustration: i-am-muslimah.tumblr.com
Ceritasufi: Beberapa saat yang lalu, seorang sahabat di kantor bertutur tentang banyaknya remaja di daerah kami menikah dini lantaran hamil duluan. Untuk bulan Desember 2013, tercatat 11 anak SMP (belum tamat sekolah) yang menikah di kecamatan ini, tutur salah satu perawat kepada temanku. Dan mendapat Walimahan cukup besar dari keluarga pihak kedua mempelai. Apakah ini pertanda persetujuan? Atau menghindari rasa malu? Wallhualam bissawab.. 

Menikah adalah menjadikan perubahan hukum Haram menjadi Halal. Tapi kehalalan dalam proses pencapaian pula menjadi tolak ukur dalam hokum Islam. Islam tidak mengajarkan layaknya Robin Hood yang mencuri si kaya kemudian menyedekahkan dengan si miskin. Kesederhanaan tanpa merusak tatanan norma masyarakat Islam. Begitulah menikah yang di inginkan Allah dan di ajarkan Rosulullah saw kepada ummat Islam. 

Terkisah salah seorang sahabat di zaman Rosulullah, Akkaf Ibnu Wada’ah  al Hilali, seorang sahabat yang bertemu Rosul ketika ia masih bujangan. Dikisahkan dalam riwayat Imam Ahmad dalam kitab Musnad nya, Akkaf Ibnu Wada’ah  al Hilali datang menghadap Rosulullah saw. Dan beliau bersabda, “ Hai Akkaf, apakah kau punya istri?”

Akkaf menjawab, “Belum.” 
“Juga tak punya seorang hamba sahaya?” 
“Tidak.”, jawab Akkaf. 
“Bukankah kau sehat dan mampu?” 
“Benar, Alhamdulillah.”

“Jika begitu, kau termasuk salah satu teman setan. Atau mungkin kau termasuk golongan peendeta Nasrani. Tapi, kau pun bisa termasuk bagian dari kami (Ummat Muhammad-pen). Maka berprilakulah seperti kami. Sesungguhnya menikah adalah salah satu sunnah kami. Seburuk-buruknya kalian adalah bujangan, dan sehina-hinanya orang mati diantara kalian adalah para bujangan. Celakalah engkau, wahai Akkaf. Menikahlah!”

Akkaf menjawab, “ Aku tidak akan menikah sampai Paduka menikahkanku pada wanita pilihan Paduka.”
Rosulullah saw bersabda, “Aku telah menikahkanmu atas nama Allah dan berkahNya kepada Karimah binti Kultsum al Humairi.”

Berbahagialah Akkaf yang telah mendapat pencerahaan untuk melaksanakan salah satu sunnah AnabiNya. Smeoga Allah merahmatinya.

Rosulullah saw menjadi panutan bagi para bujangan yang menunda, merasa takut dan kahwatir dalam melaksanakan pernikahan. Tak di pungkiri akan banyak kendala, tak pula di pungkiri bahwa Allah lebih menyukai pernikahan dari pada membujang. Maka langsungkanlah semampunya. Carilah petunjuk Rosulullah dalam menikah.

Begitulah sebagian kecil dari kisah tentang anjuran menikah bagi remaja Islam. Sungguh hikam hanya dapat dikenali dengan berpikir dan bertindak selayaknya sekelumit kisah di atas.

Wallhualam bissawab..

Thursday 5 December 2013

F T W

Ceritasufi - Sekian bulan sudah tak kusentuh dasbor ceritasufi00.blogspot.com/ ini. Ada rasa rindu untuk menambah lagi artikel, tapi kesibukan otak masih harus menyita perhatian lebih. Entah itu lebih banyak berkutat dalam alam pikiran atau raga.

Lama pula aku tak mengeluarkan tumpahan isi kepala. Jikapun harus tumpah, berusak ku menjadi tumpahan lebih bermanfaat bagi ku dan kalian.

Carut marut sistem birokrasi memang menjadi hal yang cukup menjauhkan diriku.
Aku tak berani sama sekali untuk mengakui kehebatan ke jeniusan diri dari mereka. Tapi sungguh tanpa kusadari aku hanyut dalam alam materi mereka. Penuh dengan aturan manusia yang sesekali membuatku harus tertunduk lama. Menahan rasa dengan nafas diatur sedemikian rupa agar tak memecahkan meja di hadapan kami.

Hari penantian yang belum juga dapat keputusan untuk hijrah. Hijrah dari embanan tugas yang sebenarnya aku sangat enggan menerimanya. Hanya lantaran tak ada lagi pilihan lain, maka jadilah aku sasaran tembak yang jitu. Tak kuasa menolak karena memang aku susah berkata tidak.

Sungguh Allah mneganugrahkan keyakinan akan takdir. Allah tahu aku mampu. Tapi setelah itu, aku berkata, "Aku tak mampu Ya..Allah..!"

Begitu banyak dunia abu-abu yang selalu menjadi hijab. Yah...penghalang akan melihat kebesaran Allah.

Berurusan dengan lembar yang di beri nilai oleh manusia-money memang rentan dengan rejeki abal-abal. Tak rela rasanya hanya gara-gara serupiah aku harus bercengkrama dengan malaikat penyiksa kubur. Tak rela, pikirku, jika harus berhadapan dengan tuntutan akhirat.

"Selamatkan Aku, Wahai Zat Maha Pelindung bagi hamba yang yang meminta perlindungan. Segerakanlah Ya Allah...!", Segerakanlah Ya Allah...!"Segerakanlah Ya Allah...!"

Bukan aku tak rela menerima semua tanggung jawab ini. Tapi aku tak rela jika ini menjadi pemicu untuk menjanda dengan Tuhanku. Aku khawatir ini menjadi awal menduda dengan Nya.

Entah berapa banyak kongkuw-kongkuw yang terpaksa harus kujalankan demi kemudahan birokrasi. Disisi lain batinku teriak. Menolak segala perlakuan dan kelakuan sbejat sendiri. Sebagian besar bukan untuk diriku sebenarnya, tapi untuk orang-orang ku tanggung.

"Meminimalisir kebejatan birokrasi.. " Hanya itu usaha terbaikku saat ini.

Hasbunallah wa ni'mal wakil Ni'mal maula wa Ni'mal wakil
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Awalnya Menolak Untuk Menikah (Akkaf Ibnu Wada’ah al Hilali)

Illustration: i-am-muslimah.tumblr.com
Ceritasufi: Beberapa saat yang lalu, seorang sahabat di kantor bertutur tentang banyaknya remaja di daerah kami menikah dini lantaran hamil duluan. Untuk bulan Desember 2013, tercatat 11 anak SMP (belum tamat sekolah) yang menikah di kecamatan ini, tutur salah satu perawat kepada temanku. Dan mendapat Walimahan cukup besar dari keluarga pihak kedua mempelai. Apakah ini pertanda persetujuan? Atau menghindari rasa malu? Wallhualam bissawab.. 

Menikah adalah menjadikan perubahan hukum Haram menjadi Halal. Tapi kehalalan dalam proses pencapaian pula menjadi tolak ukur dalam hokum Islam. Islam tidak mengajarkan layaknya Robin Hood yang mencuri si kaya kemudian menyedekahkan dengan si miskin. Kesederhanaan tanpa merusak tatanan norma masyarakat Islam. Begitulah menikah yang di inginkan Allah dan di ajarkan Rosulullah saw kepada ummat Islam. 

Terkisah salah seorang sahabat di zaman Rosulullah, Akkaf Ibnu Wada’ah  al Hilali, seorang sahabat yang bertemu Rosul ketika ia masih bujangan. Dikisahkan dalam riwayat Imam Ahmad dalam kitab Musnad nya, Akkaf Ibnu Wada’ah  al Hilali datang menghadap Rosulullah saw. Dan beliau bersabda, “ Hai Akkaf, apakah kau punya istri?”

Akkaf menjawab, “Belum.” 
“Juga tak punya seorang hamba sahaya?” 
“Tidak.”, jawab Akkaf. 
“Bukankah kau sehat dan mampu?” 
“Benar, Alhamdulillah.”

“Jika begitu, kau termasuk salah satu teman setan. Atau mungkin kau termasuk golongan peendeta Nasrani. Tapi, kau pun bisa termasuk bagian dari kami (Ummat Muhammad-pen). Maka berprilakulah seperti kami. Sesungguhnya menikah adalah salah satu sunnah kami. Seburuk-buruknya kalian adalah bujangan, dan sehina-hinanya orang mati diantara kalian adalah para bujangan. Celakalah engkau, wahai Akkaf. Menikahlah!”

Akkaf menjawab, “ Aku tidak akan menikah sampai Paduka menikahkanku pada wanita pilihan Paduka.”
Rosulullah saw bersabda, “Aku telah menikahkanmu atas nama Allah dan berkahNya kepada Karimah binti Kultsum al Humairi.”

Berbahagialah Akkaf yang telah mendapat pencerahaan untuk melaksanakan salah satu sunnah AnabiNya. Smeoga Allah merahmatinya.

Rosulullah saw menjadi panutan bagi para bujangan yang menunda, merasa takut dan kahwatir dalam melaksanakan pernikahan. Tak di pungkiri akan banyak kendala, tak pula di pungkiri bahwa Allah lebih menyukai pernikahan dari pada membujang. Maka langsungkanlah semampunya. Carilah petunjuk Rosulullah dalam menikah.

Begitulah sebagian kecil dari kisah tentang anjuran menikah bagi remaja Islam. Sungguh hikam hanya dapat dikenali dengan berpikir dan bertindak selayaknya sekelumit kisah di atas.

Wallhualam bissawab..

F T W

Ceritasufi - Sekian bulan sudah tak kusentuh dasbor ceritasufi00.blogspot.com/ ini. Ada rasa rindu untuk menambah lagi artikel, tapi kesibukan otak masih harus menyita perhatian lebih. Entah itu lebih banyak berkutat dalam alam pikiran atau raga.

Lama pula aku tak mengeluarkan tumpahan isi kepala. Jikapun harus tumpah, berusak ku menjadi tumpahan lebih bermanfaat bagi ku dan kalian.

Carut marut sistem birokrasi memang menjadi hal yang cukup menjauhkan diriku.
Aku tak berani sama sekali untuk mengakui kehebatan ke jeniusan diri dari mereka. Tapi sungguh tanpa kusadari aku hanyut dalam alam materi mereka. Penuh dengan aturan manusia yang sesekali membuatku harus tertunduk lama. Menahan rasa dengan nafas diatur sedemikian rupa agar tak memecahkan meja di hadapan kami.

Hari penantian yang belum juga dapat keputusan untuk hijrah. Hijrah dari embanan tugas yang sebenarnya aku sangat enggan menerimanya. Hanya lantaran tak ada lagi pilihan lain, maka jadilah aku sasaran tembak yang jitu. Tak kuasa menolak karena memang aku susah berkata tidak.

Sungguh Allah mneganugrahkan keyakinan akan takdir. Allah tahu aku mampu. Tapi setelah itu, aku berkata, "Aku tak mampu Ya..Allah..!"

Begitu banyak dunia abu-abu yang selalu menjadi hijab. Yah...penghalang akan melihat kebesaran Allah.

Berurusan dengan lembar yang di beri nilai oleh manusia-money memang rentan dengan rejeki abal-abal. Tak rela rasanya hanya gara-gara serupiah aku harus bercengkrama dengan malaikat penyiksa kubur. Tak rela, pikirku, jika harus berhadapan dengan tuntutan akhirat.

"Selamatkan Aku, Wahai Zat Maha Pelindung bagi hamba yang yang meminta perlindungan. Segerakanlah Ya Allah...!", Segerakanlah Ya Allah...!"Segerakanlah Ya Allah...!"

Bukan aku tak rela menerima semua tanggung jawab ini. Tapi aku tak rela jika ini menjadi pemicu untuk menjanda dengan Tuhanku. Aku khawatir ini menjadi awal menduda dengan Nya.

Entah berapa banyak kongkuw-kongkuw yang terpaksa harus kujalankan demi kemudahan birokrasi. Disisi lain batinku teriak. Menolak segala perlakuan dan kelakuan sbejat sendiri. Sebagian besar bukan untuk diriku sebenarnya, tapi untuk orang-orang ku tanggung.

"Meminimalisir kebejatan birokrasi.. " Hanya itu usaha terbaikku saat ini.

Hasbunallah wa ni'mal wakil Ni'mal maula wa Ni'mal wakil

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews