Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Saturday 22 March 2014

Mengadu kepada Allah

Telah menjadi kebiasaan, semoga tidak menjadi budaya masyarakat Islam di Indonesia tentunya, menuangkan segala kegiatannya di dalam social media, facebook, tweet, instagram dll.

Media (sarana) di dunia maya ini menjadi tempat paling ampuh bagi anak-anak hingga orang tua untuk mengungkapkan segala yang mereka alami. Tahukah kita, bahwa semua itu dapat menyebabkan Allah swt mengurangi perhatiannya kepada kita, lantaran keluhan, kesenangan, kebencian dan semuanya itu dapat menggiring ke dalam kebencian Allah?

Padahal Allah Azza wa Jalla yang menciptakan kesedihan dan kesenangan itu.

Tak ada kesia-siaan segala ciptaanNya.

Hingga ujian adalah menjadi bentuk penyucian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Kisah berikut datang dari salah Khlafifah Allah yang kedua, Umar bin Kaththab ra saat dia mendapat masalah dalam hidupnya.

Abdullah bin Umar berkata bahwa telah datang serombongan pedagang dan bermalam di mesjid. Lalu Umar bin Khaththab. Berkata pada Abdurraman bun Auf, "Apakah ada seseorang yang akan menjaga mereka dari pencuri nanti malam?"

Keduanya pun memutuslan berjaga-jaga. Mereka gunakan malam untuk shalat sembari menjaga.

Tak lama, Umar mendengar tangisab anak kecil. Ia berkata kepada ibunya, " Takutlah kepada Allah, berbuat baiklah kepada anakmu."

Setelah kbali ke tempatnya, ia dengar lagi tangisab itu. Maka Umar datangi lagi ibunya dan berkata seperti semula. Lalu kembali  ke tempatnya.

Ketika malam akan berakhir, didengarnya lagi tangisan itu. Kembali Umar mendatangi ibu tersebut dan berkata, " Celakalah kamu, sungguh saya menyangka engkau ibu yang jahat. Kenapa saya melihat anakmu tidak tenang dari tadi malam?"

Maka ibu itu berkata, " Wahai hamba Allah (sedangkan ibu itu tidak tagu siapa Umar bin Kaththab), engkau telah menyuruh saya diam sejenak malam tadi. Saya telah menyapuhnya, tapi ia enggan disapih."

Ia bertanya, "Kenapa disapih?"

Ibu menjawab, "Karena Umar, pemimpin kami tidak mewahibkan kecuali sebatas waktu yang diwajibkan."

Ia berkata, "Celaka kamu! Jangan engkau cepat memutuskan."

Kemudian Umar bin Khaththab salat subuh. Jamaahnya tidak jelas mendengar bacaannya karena tangisannya. Selesai memberi salam, ia berkata, "Hai, betapa jahat Umar, berapa banyak sudah ia membunuh anak-anak muslim."

Lalu ia perintagkan seseorang agar berseru, "Ketahuilah! Jangan kalian sapih anak-anak kalian terlalu cepat. Seaungguhnya kami mewajibkab setiap anak muslim agar disusui. Lalu ditulislah aturan tersebut dan disebar ke aeluruh penjuru negeri Islam."

Semenjak itu Umar selalu membaca dala salat wajib,

...Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku... (Yusuf [12]: 86)

Lalu Umar  bin Khaththab menangis dengan keras dan tinggi, hingga didengar oleh shaf paling belakang.

Begitulah bagaimana Allah swt memberikan pelajaran demi pelajaran bagi Umar bin Khaththab dan tiap kaum muslimin agak selalu mencurahkan kesusahan dan kebahagiannya hanya kepada Allah swt.

Akhirnya, seluruh urusan seorang mukmib adalah baik. Jika ia di timpa musibah, ia  bersabar dan sabar itu adalah baik baginya.

Jika ia di timpa hal yang membahagiakan, ia bersyukur. Karena itulah yang terbaik.

Begitulah  akhirnya sikap seorang muslim  untuk tidak serta merta mencurahkan semuanya kedalam Social Media. Melainkan pengaduan itu hanya tertuju kepada Allah subhanahu wata'ala.

Waallahualam bissawab.

Artikel Terkait:

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Mengadu kepada Allah

Telah menjadi kebiasaan, semoga tidak menjadi budaya masyarakat Islam di Indonesia tentunya, menuangkan segala kegiatannya di dalam social media, facebook, tweet, instagram dll.

Media (sarana) di dunia maya ini menjadi tempat paling ampuh bagi anak-anak hingga orang tua untuk mengungkapkan segala yang mereka alami. Tahukah kita, bahwa semua itu dapat menyebabkan Allah swt mengurangi perhatiannya kepada kita, lantaran keluhan, kesenangan, kebencian dan semuanya itu dapat menggiring ke dalam kebencian Allah?

Padahal Allah Azza wa Jalla yang menciptakan kesedihan dan kesenangan itu.

Tak ada kesia-siaan segala ciptaanNya.

Hingga ujian adalah menjadi bentuk penyucian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Kisah berikut datang dari salah Khlafifah Allah yang kedua, Umar bin Kaththab ra saat dia mendapat masalah dalam hidupnya.

Abdullah bin Umar berkata bahwa telah datang serombongan pedagang dan bermalam di mesjid. Lalu Umar bin Khaththab. Berkata pada Abdurraman bun Auf, "Apakah ada seseorang yang akan menjaga mereka dari pencuri nanti malam?"

Keduanya pun memutuslan berjaga-jaga. Mereka gunakan malam untuk shalat sembari menjaga.

Tak lama, Umar mendengar tangisab anak kecil. Ia berkata kepada ibunya, " Takutlah kepada Allah, berbuat baiklah kepada anakmu."

Setelah kbali ke tempatnya, ia dengar lagi tangisab itu. Maka Umar datangi lagi ibunya dan berkata seperti semula. Lalu kembali  ke tempatnya.

Ketika malam akan berakhir, didengarnya lagi tangisan itu. Kembali Umar mendatangi ibu tersebut dan berkata, " Celakalah kamu, sungguh saya menyangka engkau ibu yang jahat. Kenapa saya melihat anakmu tidak tenang dari tadi malam?"

Maka ibu itu berkata, " Wahai hamba Allah (sedangkan ibu itu tidak tagu siapa Umar bin Kaththab), engkau telah menyuruh saya diam sejenak malam tadi. Saya telah menyapuhnya, tapi ia enggan disapih."

Ia bertanya, "Kenapa disapih?"

Ibu menjawab, "Karena Umar, pemimpin kami tidak mewahibkan kecuali sebatas waktu yang diwajibkan."

Ia berkata, "Celaka kamu! Jangan engkau cepat memutuskan."

Kemudian Umar bin Khaththab salat subuh. Jamaahnya tidak jelas mendengar bacaannya karena tangisannya. Selesai memberi salam, ia berkata, "Hai, betapa jahat Umar, berapa banyak sudah ia membunuh anak-anak muslim."

Lalu ia perintagkan seseorang agar berseru, "Ketahuilah! Jangan kalian sapih anak-anak kalian terlalu cepat. Seaungguhnya kami mewajibkab setiap anak muslim agar disusui. Lalu ditulislah aturan tersebut dan disebar ke aeluruh penjuru negeri Islam."

Semenjak itu Umar selalu membaca dala salat wajib,

...Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku... (Yusuf [12]: 86)

Lalu Umar  bin Khaththab menangis dengan keras dan tinggi, hingga didengar oleh shaf paling belakang.

Begitulah bagaimana Allah swt memberikan pelajaran demi pelajaran bagi Umar bin Khaththab dan tiap kaum muslimin agak selalu mencurahkan kesusahan dan kebahagiannya hanya kepada Allah swt.

Akhirnya, seluruh urusan seorang mukmib adalah baik. Jika ia di timpa musibah, ia  bersabar dan sabar itu adalah baik baginya.

Jika ia di timpa hal yang membahagiakan, ia bersyukur. Karena itulah yang terbaik.

Begitulah  akhirnya sikap seorang muslim  untuk tidak serta merta mencurahkan semuanya kedalam Social Media. Melainkan pengaduan itu hanya tertuju kepada Allah subhanahu wata'ala.

Waallahualam bissawab.

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews