Salah satu Karya Dr. Yusuf Kardawi |
Cerita Sufi - Secara obyektif bahwa Tasawuf itu dapat dikatakan sebagai berikut:
"Tasawuf ada
dalam Islam dan mempunyai dasar yang mendalam.
Hal ini tidak dapat dipungkiri dan disembunyikan, dapat dilihat dan dibaca
dalam Al-Qur'an, Sunnah Rasul saw. dan para sahabatnya yang mempunyai sifat-sifat
zuhud (tidak mau atau menjauhi hubudunya), tidak suka hidup mewah,
sebagaimana sikap khalifah Umar r.a, Ali
r.a, Abu Darda', Salman Al-Farisi, Abu Dzar r.a. dan lainnya."
Banyak ayat Al-Qur'an yang menganjurkan agar mawas diri dari
godaan yang berupa kesenangan atau fitnah dunia.
Tetapi hendaknya selalu
bergerak menuju ke
jalan yang ridhai oleh Allah swt.
dan berlomba-lomba memohon ampunan Allah
swt, surga-Nya dan takutlah akan azab neraka.
Dalam Al-Qur,an dan hadis Nabi saw. juga telah diterangkan mengenai cinta Allah swt
kepada hamba-hamba-Nya dan
cinta hambaNya kepada Allah swt.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat
Al-Qur,an:
"Adapun
orang-orang yang beriman cintanya sangat besar kepada Allah ..."
(Q.s.
Al-Baqarah: 165).
"...
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya ..."
(Q.s.
Al-Maidah: 54).
"Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berjihad di jalan Allah dalam
barisan
yang teratur (tidak tercerai-berai) ..."
(Q.s.
Ash-Shaff: 4).
Diterangkan pula dalam Al-Qur'an dan hadis mengenai masalah zuhud, tawakal, tobat, syukur, sabar, yakin,
takwa, muraqabah (mawas diri), dan
lain-lainnya dari maqam-maqam yang suci dalam agama.
Tidak ada golongan lain yang memberi perhatian penuh
dalam menafsirkan, membahas dengan
teliti dan terinci,
serta membagi segi-segi utamanya
maqam ini selain
para sufi. Merekalah yang
paling mahir dan mengetahui
akan penyakit jiwa, sifat-sifatnya dan kekurangan yang ada pada manusia, mereka
ini ahli dalam ilmu pendidikan yang dinamakan Suluk.
Tetapi, tasawuf tidak berhenti hingga di
sini saja dalam peranannya di
masa permulaan, yaitu adanya kemauan dalam melaksanakan
akhlak yang luhur dan hakikat dari ibadat
yang murni semata untuk
Allah swt. Sebagaimana dikatakan
oleh Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauzi, yaitu:
"Ilmu tasawuf
itu, kemudian akan meningkat
ke bidang makrifat perkenalan, setelah itu ke arah Khasab ungkapan dan karunia Allah.
Hal ini diperoleh melalui pembersihan hati nurani.
Akhirnya, dengan ditingkatkannya hal-hal
ini, timbullah penyimpangan,
tanpa dirasakan oleh sebagian ahli sufi."
Di antara yang tampak dari penyimpangan sebagian orang-orang sufi adalah sebagai
berikut:
1. Dijadikannya wijid
(perasaan) dan ilham sebagai ukuran untuk dasar pengetahuan dan
lain-lain; juga dapat dijadikan ukuran untuk
membedakan antara yang
benar dan salah. Sehingga sebagian ada yang berkata,
"Aku diberi tahu
oleh hati dari Tuhanku (Allah)."
Berbeda dengan ungkapan
dari ahli sunnah
bahwa apabila mereka meriwayatkan ini
dari si Fulan,
si Fulan sampai kepada Rasulullah saw.
2. Dibedakannya antara
syariat dan hakikat, antara hokum
Islam dan yang bebas dari hukumnya.
3. Dikuasai oleh faham Jabariah
dan Salabiah, sehingga dapat mempengaruhi iman
dan akidah mereka, dimana manusia mutlak dikendalikannya. Maka tidak
perlu lagi melawan dan
selalu bersikap pasif, tidak aktif.
Tidak dihargainya dunia dan perkembangannya. Apa yang ada di
dunia dianggapnya sepele,
padahal ayat Al-Qur,an
telah menyatakan:
"...
dan janganlah kamu melupakan akan nasibmu (kebahagiaanmu) dari (kenikmatan)
dunia ..." (Q.s. Al-Qashash: 77).
Pikiran dan teori di atas telah tersebar
dan dipraktekkan dimana-mana, dengan
dasar dan faham bahwa hal ini bagian dari Islam,
ditetapkan oleh Islam,
dan ada sebagian, terutama dari golongan intelektual, keduanya belum
mengerti benar akan hal itu karena tidak mempelajarinya.
Sekali lagi, bahwa orang
Sufi dahulu, selalu menyuruh jangan
sampai menyimpang dari garis syariat dan hukum-hukumnya.
Ibnul
Qayyim berkata mengenai keterangan
dari tokoh-tokoh sufi, "Tokoh-tokoh sufi dan guru besar mereka,
Al-Junaid bin Muhammad (297 H.), berkata,
‘Semua jalan
tertutup bagi manusia, kecuali
jalan yang dilalui Nabi saw.'"
Al-Junaid pun berkata:
"Barangsiapa
yang tidak hafal Al-Qur'an dan menulis hadis-hadis Nabi saw. maka tidak boleh dijadikan
panutan dan ditiru, karena ilmu kita (tasawuf) terikat pada kitab Al-Qur'an dan
As-Sunnah."
Abu Khafs berkata:
"Barangsiapa
yang tidak menimbang amal dan segala sesuatu dengan timbangan Al-Kitab dan
As-Sunnah, serta tidak menuduh perasaannya (tidak membenarkan wijid-nya), maka
mereka itu tidak termasuk golongan kaum tasawuf."
Abu Yazid Al-Basthami berkata:
"Janganlah
kamu menilai dan tertipu dengan kekuatan-kekuatan yang luar biasa, tetapi yang harus
dinilai adalah ketaatan dan ketakwaan seseorang pada agama dan syariat
pelaksanaannya."
Kiranya keterangan yang paling tepat mengenai
tasawuf dan para
sufi adalah
sebagaimana yang diuraikan oleh
Al-Imam Ibnu Taimiyah dalam
menjawab atas pertanyaan,
"Bagaimana pandangan ahli agama mengenai Tasawuf?"
Ibnu Taimiyah memberi jawaban sebagai berikut,
"Pandangan orang dalam masalah tasawuf ada dua, yaitu: Sebagian termasuk Ahli Fiqih dan Ilmu Kalam mencela
dan menganggap para Sufi itu ahli bid'ah dan di luar Sunnah Nabi saw.
Sebagian lagi terlalu berlebih-lebihan dalam memberikan
pujian dan menganggap mereka paling baik dan sempurna di antara manusia setelah
Nabi saw. Kedua-duanya tidak benar. Yang benar ialah bahwa mereka ini sedang
dalam usaha melakukan pengabdian kepada Allah, sebagaimana usaha orang-orang
lain untuk menaati Allah swt. Dalam kondisi yang prima di antara mereka, ada
yang cepat sampai dan dekat kepada Allah, orang-orang ini dinamakan Minal muqarrabiin (orang-orang yang terdekat
dengan Allah), sesuai dengan ijtihadnya; ada pula yang intensitas ketaatannya
sedang-sedang saja. Orang ini termasuk bagian kanan: Min ashhaabilyamiin (orang-orang yang berada di antara kedua sikap
tadi)."
Di antara golongan itu ada yang salah,
ada yang berdosa, melakukan tobat, ada
pula yang tetap tidak bertobat. Yang lebih sesat lagi adalah orang-orang
yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan, tetapi menganggap dirinya orang-orang
sufi.
Masih banyak lagi dari ahli bid'ah dan golongan
fasik yang menganggap dirinya golongan Tasawuf,
yang ditolak dan tidak diakui oleh tokoh-tokoh Sufi yang benar
dan terkenal. Sebagaimana
Al-Junaid dan lain-lainnya.
Wallaahu
A'lam.
Sumber: media.isnet.org
Note: dengan Sedikit perubahan pada Judul dan kalimat
No comments:
Post a Comment