Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Thursday 13 December 2012

Singkawang: Gang Sempit Rumah Kenangan


Ceritasufi - Kota kecil yang pernah kutinggalkan 18 tahun yang lalu tak berubah banyak. Hanya sedikit polesan cat tembok dan beberapa perbaikan yang ku anggap kurang berarti. Hanya orang nya saja yang terus bertambah. Menurut salah seorang pegawai yang kutemui sewaktu berangkat pulang, pertambahan penduduk di Kota yangan curah hujan tinggi ini sekitar limaratus orang perbulannya.
Aku berdecak kagum bercampur heran. Pasalnya sering aku berpikir, rasanya kota ini belum siap menampung orang sebanyak itu. Bagaimana 5 tahun kedepan dan seterusnya?.  Kupikir-pikir lagi, dengan kondisi carut-marut ekonomi saat ini, tak heran banyak warga yang harus meninggalkan ibu kota provinsi dan memilih untuk mencari penghidupan di daerah. Setidaknya begitulah yang terjadi di tempatku.
Kelebihan yang jarang didapat dengan kota lain adalah, kota ini berbentuk kotak alias blok. persis tat kota Eropa pikirku. Menurut salah seorang sesepuh kota Singkawang, kota ini hadir atas jasa zaman kolonial belanda. So, tak heran kota kecil ini sering membingungkan warga kota lain yang baru sekali-sekali berkunjung.
"Sikut percikan api dengki dan permusuhan sangat rentan antara teman sekantor sewaktu-waktu dapat meledak di tiap perkantoran yang bermukim di provinsi". Begitulah ungkap salah satu pegawai bank daerah yang kutemui saat kebahisan stok jajan.
Singkawang Doloe


Rumahku yang bertaraf real estate gubuk ini telah berumur 20 tahun ini menjadi satu-satunya rumah kayu dengan halaman rumput hijau terluas. Saat pagi cerah seorang kakek dengan sebilah arit dengan segulung karung sibuk memainkan arit-nya untuk mencari rumput sekarung dua di lingkar rumahku.
Kini perumahan hampir penuh. Masih dua petak besar di depan rumahku yang kosong. Di ujung gang harus mentok dengan hamparan sawah. Tepat penghujung sawah, pemandangan gunung Roban mengaga indah.
Hujan mulai lagi. semoga air tak menggenang hari ini. Rumahku terletak di daerah turunan Gunung Sari. Indah dan sejuk. Tenang dan hening. Suara pengajian ibu-ibu gang masih sering terdengar dari Surau Al mukmin di ujung gang.
Gang ini rentan air kiriman. Banjir dapat datang tiap saat walau tak sebesar Jakarta tentunya. Doloe, waktu itu air hanya menggenang beberapa jam kemudia halaman normal kembali. Kini itu tak lagi ada. Air harus menggenang hingga lebih dari 24 jam. Kekalutan akan start kala air mulai tampak mengapung di seputaran rumahku. Orang mulai sibuk menaikkan pekakas rumah. Tak ingin semua funiture rumah terendam, gang ini sudah punya trik khusus.
Rumah Tua Singkawang
Dari dulu Gang sempit ini memang menjadi tempat kunjungan favorite para pengarit untuk mencari makanan hewan peliharan meraka. Setidaknya hingga kini aku sering bersemuka dengan meraka. Kebetulan pagi ini rumput telah rata oleh potongan arit. beberapa hari belakangan, mereka silih berganti mengarit.
Tanah dengan tektur paya-paya ini menjadi lokasi indah bersemayamnya lintah sapi untuk bertravel ria. Ditambah sekarang musim penghujan. Makanan sapi jadi bertambah stok nye. Pemandangan hijau jadi sensai tersendiri. Aroma rumput becampur tanah paya menjadi ciri khas gang ini.
Lintah. Itulah monster kecil yang sering membuat bulu kuduk merinding. Merayap di sela rumput hingga jemari yang kebetulan lewat di dekatnya. Mungkin karena penduduk sekitar sini banyak berternak sapi, jadi lintah sapi mendeklarasikan kekuasaan mereka disini. Syukurnya lintah telah jauh berkurang sejalan dengan berkurangnya peternak sapi dan pengkandangan hewan ternak.

Singkawang adalah masyarakat plural yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri ini sebenarnya sangat cocok untuk daerah wisata. Apa lacur, tahapan pengembangannya banyak hambatan. Entahlah, apa yang salah. Sebagian lagi berladang dan nelayan.
Pasar Hongkong jadi tempat nongkrong minum kopi yang asik. Tongkrongan open air 24 jam Pasar Hongkong, menjadi salah satu pasar kuliner di Singkawang. Nasi Padang masih jadi favorit. Sayang belum banyak dikembangkan untuk kuliner khas singkawang. Artinya kuliner masih berkutat di seputar budaya melayu cina dan dayak. Menu olahan khas Singkawang dengan cita rasa khas masih harus terus di kembangkan.

Artikel Terkait:

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Singkawang: Gang Sempit Rumah Kenangan


Ceritasufi - Kota kecil yang pernah kutinggalkan 18 tahun yang lalu tak berubah banyak. Hanya sedikit polesan cat tembok dan beberapa perbaikan yang ku anggap kurang berarti. Hanya orang nya saja yang terus bertambah. Menurut salah seorang pegawai yang kutemui sewaktu berangkat pulang, pertambahan penduduk di Kota yangan curah hujan tinggi ini sekitar limaratus orang perbulannya.
Aku berdecak kagum bercampur heran. Pasalnya sering aku berpikir, rasanya kota ini belum siap menampung orang sebanyak itu. Bagaimana 5 tahun kedepan dan seterusnya?.  Kupikir-pikir lagi, dengan kondisi carut-marut ekonomi saat ini, tak heran banyak warga yang harus meninggalkan ibu kota provinsi dan memilih untuk mencari penghidupan di daerah. Setidaknya begitulah yang terjadi di tempatku.
Kelebihan yang jarang didapat dengan kota lain adalah, kota ini berbentuk kotak alias blok. persis tat kota Eropa pikirku. Menurut salah seorang sesepuh kota Singkawang, kota ini hadir atas jasa zaman kolonial belanda. So, tak heran kota kecil ini sering membingungkan warga kota lain yang baru sekali-sekali berkunjung.
"Sikut percikan api dengki dan permusuhan sangat rentan antara teman sekantor sewaktu-waktu dapat meledak di tiap perkantoran yang bermukim di provinsi". Begitulah ungkap salah satu pegawai bank daerah yang kutemui saat kebahisan stok jajan.
Singkawang Doloe


Rumahku yang bertaraf real estate gubuk ini telah berumur 20 tahun ini menjadi satu-satunya rumah kayu dengan halaman rumput hijau terluas. Saat pagi cerah seorang kakek dengan sebilah arit dengan segulung karung sibuk memainkan arit-nya untuk mencari rumput sekarung dua di lingkar rumahku.
Kini perumahan hampir penuh. Masih dua petak besar di depan rumahku yang kosong. Di ujung gang harus mentok dengan hamparan sawah. Tepat penghujung sawah, pemandangan gunung Roban mengaga indah.
Hujan mulai lagi. semoga air tak menggenang hari ini. Rumahku terletak di daerah turunan Gunung Sari. Indah dan sejuk. Tenang dan hening. Suara pengajian ibu-ibu gang masih sering terdengar dari Surau Al mukmin di ujung gang.
Gang ini rentan air kiriman. Banjir dapat datang tiap saat walau tak sebesar Jakarta tentunya. Doloe, waktu itu air hanya menggenang beberapa jam kemudia halaman normal kembali. Kini itu tak lagi ada. Air harus menggenang hingga lebih dari 24 jam. Kekalutan akan start kala air mulai tampak mengapung di seputaran rumahku. Orang mulai sibuk menaikkan pekakas rumah. Tak ingin semua funiture rumah terendam, gang ini sudah punya trik khusus.
Rumah Tua Singkawang
Dari dulu Gang sempit ini memang menjadi tempat kunjungan favorite para pengarit untuk mencari makanan hewan peliharan meraka. Setidaknya hingga kini aku sering bersemuka dengan meraka. Kebetulan pagi ini rumput telah rata oleh potongan arit. beberapa hari belakangan, mereka silih berganti mengarit.
Tanah dengan tektur paya-paya ini menjadi lokasi indah bersemayamnya lintah sapi untuk bertravel ria. Ditambah sekarang musim penghujan. Makanan sapi jadi bertambah stok nye. Pemandangan hijau jadi sensai tersendiri. Aroma rumput becampur tanah paya menjadi ciri khas gang ini.
Lintah. Itulah monster kecil yang sering membuat bulu kuduk merinding. Merayap di sela rumput hingga jemari yang kebetulan lewat di dekatnya. Mungkin karena penduduk sekitar sini banyak berternak sapi, jadi lintah sapi mendeklarasikan kekuasaan mereka disini. Syukurnya lintah telah jauh berkurang sejalan dengan berkurangnya peternak sapi dan pengkandangan hewan ternak.

Singkawang adalah masyarakat plural yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri ini sebenarnya sangat cocok untuk daerah wisata. Apa lacur, tahapan pengembangannya banyak hambatan. Entahlah, apa yang salah. Sebagian lagi berladang dan nelayan.
Pasar Hongkong jadi tempat nongkrong minum kopi yang asik. Tongkrongan open air 24 jam Pasar Hongkong, menjadi salah satu pasar kuliner di Singkawang. Nasi Padang masih jadi favorit. Sayang belum banyak dikembangkan untuk kuliner khas singkawang. Artinya kuliner masih berkutat di seputar budaya melayu cina dan dayak. Menu olahan khas Singkawang dengan cita rasa khas masih harus terus di kembangkan.

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews