Penguatan syariat Islam di Aceh akan berhasil jika
didukung oleh pendidikan yang berbasis akhlak dan peran ini seyogyanya diambil
oleh pihak akademisi dengan bekerjasama lembaga dayah (pesantren), terutama
dalam penguatan agama, sosial, dan kemasyarakatan.
Demikian antara lain resume pemikiran dalamInternasional Round Table,
yang bertajuk “Peran Ulama, Umara, dan Akademisi dalam Memperkuat Pendidikan di
Aceh”, yang dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah,
yang tengah memperingati hari jadinya yang ke-8 di kompleks Dayah MUDI Mesjid
Raya, Samalanga, Bireuen.
Wakil Gubernur Aceh terpilih, Muzakkir Manaf, yang menjadi salah satu peserta,
mengatakan, pendidikan di Aceh harus berbasis akhlak sebagai penguatan akar
akidah.
“Pemerintah Aceh yang baru berkomitmen untuk mendukung setiap langkah
pengembangan potensi agama, sosial, dan kemasyarakatan. Kami siap memfasilitasi
setiap bentuk kerjasama dengan semua unsur yang ada, baik domestik maupun antar
negara,” ujar Muzakkir Manaf, dimuat laman Harian Aceh, Senin (4/6/2012).
Peserta Internasional
Round Table tersebut diikuti unsur ulama,
pemerintahan Aceh, akademisi, dan tokoh masyarakat dari tiga negara. Acara yang
dipandu oleh Iskandar MA dari STAIN Malikussaleh tersebut, dihadiri Prof Dr
Shabri Abd Majid dari Internasional Islamic University Malaysia (IIUM),
Dr Abdul Nasir (Universitar Syarif Ali), Brunai Darussalam, dan Dr
Muhammad Hidayat MBA (Dewan Syariah Nasinal), Dr H Ridwan Hasan M.Th (STAI
Al-Aziziyah) yang mewakili Indoensia.
Sementara itu Ketua STAI Al-Aziziyah, Tgk Muntasir SAg MAmengatakan, Internasional Round Table tersebut digelar dalam kaitan hari jadi dan wisuda sarjana
angkatan ke-2 STAI Al-Aziziyah yang dipimpinnya itu.
“Dengan hasil pemikiran para tokoh dari berbagai unsur dari tiga negara jiran
ini, kita harapkan bisa menjadi masukan terhadap berbagai persoalan yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
No comments:
Post a Comment