Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Friday 13 July 2012

Memerankan Hati yang Islam

Ceritasufi - Ini adalah postingan pertama setelah hampir sebulan tidak menulis secara serius (emang tulisannya serius dan bagus, lumayanlah buat latihan), beberapa postingan sebelum ini hanya copotan dari artikel dan tulisan dari istana web dan rumah sobat blogger. Jum'at yang mana Pintu Rammat Allah Azza wa Jalla terbuka lebar, menarik saya untuk berbagi, walau penulis masih (alhamdulillah masih dikarunia untuk terus mencari) dalam pembelajaran. Tapi, tak ada salahnya kita saling berbagi kisah.

Semua ilmu pengetahuan tak berbuah apa-apa selain dengan perenungan. Perenunganpu tak akan berbuah tanpa pelaksanaan. Buahnya adalah amal yang tentunya dengan prosesi Allah kehendaki. Hubungan ilmu dan kedirian (hamba) ada kalanya sejajar dan ada kalanya bertingkat. Hubungan sejajar kecendrungannya bahwa ilmu pengetahuan itu dapat difahami oleh pencari ilmu dan sebaliknya dengan hubungan bertingkat. Beruntung dan bersyukurlah kepada Allah SWT saja jika anda termasuk dalam orang-orang yang mampu membuat lompatan pemikiran dan rasa dalam hubungan bertingkat tersebut. Karena semua itu adalah karunia Allah.

Disisi lain terdapat fenomena yang dapat terjadi dalam perjalanan ruhaniyah manusia. Sebagian menggunakan pendekatan dengan akalnya dan sebagian lagi menggunakan rasanya.  Hingga kadang sulit untuk memahami mengapa angin tak dapat kita lihat dengan mata tapi hanya dengan kulit.

Kecendrungan pembuktian keberadaan, kekuasaan dan kehebatan Allah boleh jadi akan terhenti dalam pandangan mata zahir, penciuman dua lobang hidung, cita rasa lidah, suara jasad telinga ataupun lembut-kasarnya permukaan materi saja. Sungguh celaka manusia adalam golongan ini. Allah Azza wa Jalla tak dapat di capai dengan jasad ciptaanNya. Allah adalah Nur 'alannur. Allah memperkenalkan dirinya dengan bahasa manusia. Jadi Allah yang SATU (bukan angka setelah nol dan sebelum dua tentunya) adalah zat   Pencipta yang tak dapat terbayang oleh AKAL. Bagaimanakah kita akan mengenalNya dengan jasad pula, sedang Nya adalah zahir dan Batin? Allah tak seperti tiap makluknya! Ibarat seorang insinyur yang membuat mobil yang tentunya mobil itu tak akan dapat membayangkan bagaimana sosok pembuatnya kecuali hanya bayangan, persepsi pribadi. Dan jauh dari sebuah eksistensi ilahiyah itu sendiri.

Sebagian lain menggunakan rasa. Orang yang menggunkan rasa ini kecendrungannya sensitif dan perasa. Kecendrungan ini sering bercampur dengan nafsu pula. Pengarahan nilai rasa ini sering menjebak sebagain manusia dalam fenomena kesensitipan. Sifat Over (berlebih). Cepat tersinggung dan boleh jadi terlalu reaktif terhadap nilai-nilai yang kadang terasa remeh bagi penganut Akal. Hingga larut yang bercampur nafsu.

Sebagian lagi termasuk dalam keduanya. Itulah isyarat Rosul Muhammad SAW bahwa Islam berada di antara keduanya. Tidak mementingan akal dan rasa, tapi keduanya berjalan seiring. Terpaut dalam harmonisasi yang telah menjadi ketetapan Allah Azza wa Jalla. Akal bertafakkur dengan hati yang terbimbing. Hati berkecendrungan dengan selalu meminta kehadiratNya dan akal manut terhadap KehendakNya. Bounding yang tak perlu dipertentangkan karena kesetaraan harmonisasi ciptaan.

Rasa erat kaitannya dengan hati. Karena disanalah (terasa jauh jika dengan kata ini) atau disinilah (akan terasa dekat rasanya, bener ngak Mas Bro?) Allah menunjukkan Dirinya atas hambaNya. Ditamsilkan bahwa hati adalah mangkok. Apabila diisi dengan mobil maka mangkok akan penuh dengan mobil. Bila diisi uang maka mangkok akan dipenuhi uang. Lalu bagaimana Allah akan memperkenalkan Diri sedang mangkok itu telah dipenuhi dengan dunia yang tak lain adalah ciptaan DIA? Sedang Allah Jalla Jalaaluh amat pencemmburu. Bagaimana Nya dapat memperkenalkan terhadap mu?

Sebuah kalimat indah termaktub dalam buku Mutu Manikam Al Hikam Athaillah yang disyarah oleh Syeikh Muhammad bin Ibrahim Ibnu 'Ibad:


"Ada cahaya Allah yang diizinkan sampai ke hati, dan cahaya Allah yang diizinkan masuk menempati hati."


Dilanjutkan dengan perkataan Ibnu Athaillah yang sarat makna :

"Kadang-kadang datang kepadamu berbagai cahaya Ilahi, akan tetapi cahaya-cahaya Allah menemukan hatimu penuh dengan masalah duniawi, lalu kembalilah ke tempat darimana ia turun. hendaklah engkau kosongkan hatimu dari segala kehendak sesuatu selain Allah, tentu Allah akan memenuhi kehendakmu dengan makrifat dan kerahasian-Nya."

Perjalanan ruhaniah beliu sungguh tidak kita ragukan lagi. Hingga salik (para pencari Allah) bergulat dalam alam tafakkur dan hatinya disibukkan ALLAH SWT untuk mengevaluasi segala kecendrungan hatinya. Apakah ia condong kepada Yang Mencipta atau condong kepada Yang Diciptakan. Hingga termaktub dalam lembaran suci bahwa segala perbuatan muslim adalah ibadah. Tentu...segala perbuatan orang Islam adalah ibadah. Tapi dengan mengukur kecendrungan hati mereka. Apakah karena Allah, bercampur antara Allah dan ciptaanNya, ataupun materi semata? Kitalah yang dapat mengukur semuanya. Tentunya dengan pertolongan Allah jua.

Latihan demi latihan untuk mengenal Allah menjadi sebuah perjalan panjang selama hidup. Hingga dikatakan bahwa bagaimana engkau akan mengenal Allah di akhirat kalau di dunia engkau tak pernah mengenalnya? Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan yang mendapat karunia Nya.

Sebagai penutup bahwa cahaya-cahaya Ilahiyah yang masuk ke dalam hati, adakalanya tidak menemukan tempat yabng sesuai dengan kedudukannya. Karena beguitu banyak perkara duniawi yang berkecamuk dan meliputi seluruh permukaan hati manusia. Ketika cahaya Allah itu memasuki hati yang telah dikotori maslah hidup itu, terpaksalah nurullah itu kembali kepada Sang Pemilik.

Hingga teranglah bahwa kebaikan itu tak dapat tercampur dengan keburukan karena kedua ini adalah ufuk yang tidak mungkin dipertemukan. Pembersihan hati sering harus direndam lama dengan tangisan, di disucikan dengan kematian orang yang dikasihi, di ingatkan dengan kehilangan barang-barang yang dicintai dan segala sesuatunya yang telah menempel di dalam hati selain Allah. Sekali lagi, sungguh Allah sangat pencemburu. IA tak rela disamakan dengan Materi (yang tak lain adalah ciptaan Nya) dan tempatnya diambil oleh Rumah kita, ditempati oleh Anak Istri, mobil, jabatan, hingga menjalar virus-virus iri, dengki dan penyakit hati lainnya. Kualitas nafsu erat kaitannya dengan kualitas hati.
Semoga allah menjadikan kita golongan yang membersihkan hati. 

Wallahu'alam.....


Artikel Terkait:

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Memerankan Hati yang Islam

Ceritasufi - Ini adalah postingan pertama setelah hampir sebulan tidak menulis secara serius (emang tulisannya serius dan bagus, lumayanlah buat latihan), beberapa postingan sebelum ini hanya copotan dari artikel dan tulisan dari istana web dan rumah sobat blogger. Jum'at yang mana Pintu Rammat Allah Azza wa Jalla terbuka lebar, menarik saya untuk berbagi, walau penulis masih (alhamdulillah masih dikarunia untuk terus mencari) dalam pembelajaran. Tapi, tak ada salahnya kita saling berbagi kisah.

Semua ilmu pengetahuan tak berbuah apa-apa selain dengan perenungan. Perenunganpu tak akan berbuah tanpa pelaksanaan. Buahnya adalah amal yang tentunya dengan prosesi Allah kehendaki. Hubungan ilmu dan kedirian (hamba) ada kalanya sejajar dan ada kalanya bertingkat. Hubungan sejajar kecendrungannya bahwa ilmu pengetahuan itu dapat difahami oleh pencari ilmu dan sebaliknya dengan hubungan bertingkat. Beruntung dan bersyukurlah kepada Allah SWT saja jika anda termasuk dalam orang-orang yang mampu membuat lompatan pemikiran dan rasa dalam hubungan bertingkat tersebut. Karena semua itu adalah karunia Allah.

Disisi lain terdapat fenomena yang dapat terjadi dalam perjalanan ruhaniyah manusia. Sebagian menggunakan pendekatan dengan akalnya dan sebagian lagi menggunakan rasanya.  Hingga kadang sulit untuk memahami mengapa angin tak dapat kita lihat dengan mata tapi hanya dengan kulit.

Kecendrungan pembuktian keberadaan, kekuasaan dan kehebatan Allah boleh jadi akan terhenti dalam pandangan mata zahir, penciuman dua lobang hidung, cita rasa lidah, suara jasad telinga ataupun lembut-kasarnya permukaan materi saja. Sungguh celaka manusia adalam golongan ini. Allah Azza wa Jalla tak dapat di capai dengan jasad ciptaanNya. Allah adalah Nur 'alannur. Allah memperkenalkan dirinya dengan bahasa manusia. Jadi Allah yang SATU (bukan angka setelah nol dan sebelum dua tentunya) adalah zat   Pencipta yang tak dapat terbayang oleh AKAL. Bagaimanakah kita akan mengenalNya dengan jasad pula, sedang Nya adalah zahir dan Batin? Allah tak seperti tiap makluknya! Ibarat seorang insinyur yang membuat mobil yang tentunya mobil itu tak akan dapat membayangkan bagaimana sosok pembuatnya kecuali hanya bayangan, persepsi pribadi. Dan jauh dari sebuah eksistensi ilahiyah itu sendiri.

Sebagian lain menggunakan rasa. Orang yang menggunkan rasa ini kecendrungannya sensitif dan perasa. Kecendrungan ini sering bercampur dengan nafsu pula. Pengarahan nilai rasa ini sering menjebak sebagain manusia dalam fenomena kesensitipan. Sifat Over (berlebih). Cepat tersinggung dan boleh jadi terlalu reaktif terhadap nilai-nilai yang kadang terasa remeh bagi penganut Akal. Hingga larut yang bercampur nafsu.

Sebagian lagi termasuk dalam keduanya. Itulah isyarat Rosul Muhammad SAW bahwa Islam berada di antara keduanya. Tidak mementingan akal dan rasa, tapi keduanya berjalan seiring. Terpaut dalam harmonisasi yang telah menjadi ketetapan Allah Azza wa Jalla. Akal bertafakkur dengan hati yang terbimbing. Hati berkecendrungan dengan selalu meminta kehadiratNya dan akal manut terhadap KehendakNya. Bounding yang tak perlu dipertentangkan karena kesetaraan harmonisasi ciptaan.

Rasa erat kaitannya dengan hati. Karena disanalah (terasa jauh jika dengan kata ini) atau disinilah (akan terasa dekat rasanya, bener ngak Mas Bro?) Allah menunjukkan Dirinya atas hambaNya. Ditamsilkan bahwa hati adalah mangkok. Apabila diisi dengan mobil maka mangkok akan penuh dengan mobil. Bila diisi uang maka mangkok akan dipenuhi uang. Lalu bagaimana Allah akan memperkenalkan Diri sedang mangkok itu telah dipenuhi dengan dunia yang tak lain adalah ciptaan DIA? Sedang Allah Jalla Jalaaluh amat pencemmburu. Bagaimana Nya dapat memperkenalkan terhadap mu?

Sebuah kalimat indah termaktub dalam buku Mutu Manikam Al Hikam Athaillah yang disyarah oleh Syeikh Muhammad bin Ibrahim Ibnu 'Ibad:


"Ada cahaya Allah yang diizinkan sampai ke hati, dan cahaya Allah yang diizinkan masuk menempati hati."


Dilanjutkan dengan perkataan Ibnu Athaillah yang sarat makna :

"Kadang-kadang datang kepadamu berbagai cahaya Ilahi, akan tetapi cahaya-cahaya Allah menemukan hatimu penuh dengan masalah duniawi, lalu kembalilah ke tempat darimana ia turun. hendaklah engkau kosongkan hatimu dari segala kehendak sesuatu selain Allah, tentu Allah akan memenuhi kehendakmu dengan makrifat dan kerahasian-Nya."

Perjalanan ruhaniah beliu sungguh tidak kita ragukan lagi. Hingga salik (para pencari Allah) bergulat dalam alam tafakkur dan hatinya disibukkan ALLAH SWT untuk mengevaluasi segala kecendrungan hatinya. Apakah ia condong kepada Yang Mencipta atau condong kepada Yang Diciptakan. Hingga termaktub dalam lembaran suci bahwa segala perbuatan muslim adalah ibadah. Tentu...segala perbuatan orang Islam adalah ibadah. Tapi dengan mengukur kecendrungan hati mereka. Apakah karena Allah, bercampur antara Allah dan ciptaanNya, ataupun materi semata? Kitalah yang dapat mengukur semuanya. Tentunya dengan pertolongan Allah jua.

Latihan demi latihan untuk mengenal Allah menjadi sebuah perjalan panjang selama hidup. Hingga dikatakan bahwa bagaimana engkau akan mengenal Allah di akhirat kalau di dunia engkau tak pernah mengenalnya? Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan yang mendapat karunia Nya.

Sebagai penutup bahwa cahaya-cahaya Ilahiyah yang masuk ke dalam hati, adakalanya tidak menemukan tempat yabng sesuai dengan kedudukannya. Karena beguitu banyak perkara duniawi yang berkecamuk dan meliputi seluruh permukaan hati manusia. Ketika cahaya Allah itu memasuki hati yang telah dikotori maslah hidup itu, terpaksalah nurullah itu kembali kepada Sang Pemilik.

Hingga teranglah bahwa kebaikan itu tak dapat tercampur dengan keburukan karena kedua ini adalah ufuk yang tidak mungkin dipertemukan. Pembersihan hati sering harus direndam lama dengan tangisan, di disucikan dengan kematian orang yang dikasihi, di ingatkan dengan kehilangan barang-barang yang dicintai dan segala sesuatunya yang telah menempel di dalam hati selain Allah. Sekali lagi, sungguh Allah sangat pencemburu. IA tak rela disamakan dengan Materi (yang tak lain adalah ciptaan Nya) dan tempatnya diambil oleh Rumah kita, ditempati oleh Anak Istri, mobil, jabatan, hingga menjalar virus-virus iri, dengki dan penyakit hati lainnya. Kualitas nafsu erat kaitannya dengan kualitas hati.
Semoga allah menjadikan kita golongan yang membersihkan hati. 

Wallahu'alam.....


0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews