Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Wednesday 24 August 2011

Antara Angan dan Kehampaan?

Angan-angan tak jauh beda dengan hayalan. Hayalan beda-beda tipis dengan harapan. Tiap yang berakal mestilah mengalami hal ini. Akal yang hanya berisi ruang hampa udara di atas tengkuk agak keatas menciptakan sebuah sensasi yang kita sebut dengan angan-angan. Kenyataan selanjutnya adalah dimana yang bernama manusia ada kalanya berhayal, berangan, terduduk di kursi belakang rumah menerawang. Sorot mata kadang meredup bertanda sedih akan apa yang bakal terjadi. Sering pula sorot mata itu berbinar terang bernada senang.
Agama Islam pun mengatur bagaimana penerapannya dalam kehidupan Islam.
Subhanallah....untuk berpikirpun Islam mengaturnya. Satu tujuan hanya Allah, satu sikap yaitu tuntunan yang di berikan Allah via para Nabi dan Rosul. Bagaiaman dan Apa yang terdapat dalam angan-anagan ini? Marilah kita simak beberapa kisah  dan wasiat yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat buat aku dan keluargaku dan kalian wahai kaum muslimin pembaca yang dimuliakan Allah Jalla Jalaaluh.

Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khoththob pernah berkumpul bersama para sahabatnya dalam sebuah ruangan seraya berkata: “berangan-anganlah kalian!”, maka salah seorang berujar: “Aku berangan-angan seandainya aku memiliki emas sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Salah seorang lainnya berujar: “Kalau aku berangan-angan seandainya aku punya intan dan permata sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Umar kemudian berujar: “Berangan-anganlah kalian!”. Mereka menjawab: “Kami tidak tahu lagi harus berangan-angan apalagi, wahai amirul mu’minin”. Umar berkata: “Aku berangan-angan seandainya ruangan ini penuh dengan orang-orang seperti Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abi Hudzaifah, dan Hudzaifah ibnul Yaman”. (HR. Al-Hakim: 5005, sesuai dengan syarat bukhori dan muslim).

Mengapa Umar – rodhiallau ‘anhu – lebih suka ruangan itu penuh dengan pemuda sekelas Abu Ubaidah dari pada penuh dengan emas permata? Karena infak emas permata semata tidak bisa mengantar umat islam menuju kemuliaan, tidak bisa membebaskan Baitul Maqdis dari tangan najis Raja Romawi Heraklius saat itu, tidak mampu mengibarkan panji islam sampai ujung timur Kekaisaran Persia. Sumber daya alam semata bukanlah solusi, butuh sumber daya manusia-manusia pilihan seperti mereka untuk mengawal umat islam menuju kejayaan.

Pada suatu hari di kota Mekkah tengah berkumpul empat orang di Hijr Ismail (samping Ka’bah), mereka adalah Mus’ab bin Az-Zubair, ‘Urwah bin Az-Zubair, Abdullah bin Az-Zubair, dan Abdullah bin ‘Umar. Mereka berkata: “Mari kita berangan-angan!”, kemudian Abdullah bin Az-Zubair berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi khalifah”, kemudian ‘Urwah berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi seorang ‘Alim”, adapun Mus’ab berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi gubernur Iraq dan menikahi Aisyah binti Tholhah dan Sakinah binti Al-Hasan”, adapun ‘Abdullah bin ‘Umar berkata: “Kalau aku berangan-angan sekiranya Allah ta’ala mengampuniku”. Periwayat kisah ini berkata: “akhirnya masing-masing mereka bertiga memperoleh apa yang mereka angan-angankan, dan semoga saja Abdullah bin ‘Umar juga telah memperoleh apa yang dia angan-angankan” (Hilyatul ‘Auliya)

Kisah ini adalah kisah yang menyiratkan para sahabat Nabi yang telah cukup syariatnya, bagus budi pekertinya, dan mendapat bimbingan langsung dari Baginda Rosul yang mulia. Hayalan mereka adalah doa bagia mereka. Sungguh hayalan yang keluar dari lubuk hati adalah doa. Dan doa yang terkabul adalah doa yang penuh dengan kecintaan dan ketaatan terhadap Allah dan Rosulnya.


Diriwayatkan oleh Sunan Ahmad dan Sunan Tirmidzi bahwa Rosulullah berkata: “Dunia ini di huni oleh empat jenis hamba:
(pertama), hamba yang Allah ta’ala anugerahi harta dan ilmu sehingga keduanya menjadi perantara dia untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, menyambung tali silaturahmi, dan dia mengetahui hak-hak Allah ta’ala. Inilah sebaik-baik golongan.
(Kedua), hamba yang Allah ta’ala anugerahi ilmu namun tidak dianugrahi harta, maka dia berangan-angan: “andaisaja aku punya harta tentu aku akan beramal seperti amalanya si fulan (yakni golongan yang pertama)”. Golongan ini pahalanya sama dengan yang pertama.
(Ketiga), hamba yang Allah ta’ala anugerahi harta namun tidak dianugerahi ilmu, maka dia belanjakan hartanya itu seenaknya tanpa ilmu, dia tidak menggunakannya untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tidak juga untuk menyambung tali silaturahmi, dan bahkan dia sama sekali tidak tahu hak-hak Allah ta’ala. Inilah seburuk-buruk golongan.
(Keempat), hamba yang tidak dianugerahi harta dan tidak pula dianugrahi ilmu, maka dia berangan-angan: “andaisaja aku punya harta tentu aku akan berfoya-foya seperti si fulan (yakni golongan yang ketiga)”. Golongan ini dosanya sama dengan yang ke tiga”.

Golongan manakah kita.....? 
Bagaimanakah dengan sebuah hayalan yang bernuansa keduniaan? Adalah baiknya seseorang menyempurnakan akalnya dengan mengoreksi keberadaan diri dan bumi yang pijak. Sungguh mulia berhayal dalam kemaslahatan agama Allah. Dengan segala penyesalan dan keterbatasan manusia, sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang dikandung oleh niat, karena Allah nya the Only Maker nya akal, Allah hanya akan menghukumkan sesuatu atas sesuatu karena niatan hatinya, Sungguh alangkah bururknya berhayal dalam kemaslahatan duniawi, karena dunia hanya tempat persinggahan belaka. Tak lama setelah itu pindah ke alam kubur-perhitungan amal sementara menunggu Hari Akhir Pembalasan Total umat manusia.

Kalimat terakhirnya adalah pengaharapan yang sempurna sesungguhnya ialah disertai dengan amal perbuatan karena kalau tidak demikian maka itu menjadi kosong(lamunan) belaka. Seseorang yan sempurna akalnya adalah yang setiap saat mengoreksi dirinya dan bersiap untuk menghadap mati, sedangkan orang yang pandir akan selalu menurutkan hawa nafsu dengan berharap berbagai hal yang diluar sebab akibat.

Ma'aruf berkata, "Mengharap syurga tanpa amal perbuatan itu dosa dan mengharap syafaat tanpa sebab berarti ditipu, dan mengahrap kan rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti kebodohan.
Al Hasan ra. berkata, "Sesungguhnya ada beberapa orang yang tertipu oleh angan-angan keinginan pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia ini tanpa membawa kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: "Kami baik sangka terhadap Allah, padahal hal berdusta terhadap pengakuan itu. sebab andaikata mereka baik sangka terhadap Allah tentunya baik pulalah perbuatannya."

Lanjut Al Hasan, "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kami dari angan-angan (lamunan) yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu lalai/teledor karenanya, demi Allah tidak pernah Allah memberi kepada seorang hamba kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik dunia maupun akhirat.
Wallhualam bissawab.........

Source:
Terjemah Al-Hikam
www.belajarislam.com


Artikel Terkait:

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Antara Angan dan Kehampaan?

Angan-angan tak jauh beda dengan hayalan. Hayalan beda-beda tipis dengan harapan. Tiap yang berakal mestilah mengalami hal ini. Akal yang hanya berisi ruang hampa udara di atas tengkuk agak keatas menciptakan sebuah sensasi yang kita sebut dengan angan-angan. Kenyataan selanjutnya adalah dimana yang bernama manusia ada kalanya berhayal, berangan, terduduk di kursi belakang rumah menerawang. Sorot mata kadang meredup bertanda sedih akan apa yang bakal terjadi. Sering pula sorot mata itu berbinar terang bernada senang.
Agama Islam pun mengatur bagaimana penerapannya dalam kehidupan Islam.
Subhanallah....untuk berpikirpun Islam mengaturnya. Satu tujuan hanya Allah, satu sikap yaitu tuntunan yang di berikan Allah via para Nabi dan Rosul. Bagaiaman dan Apa yang terdapat dalam angan-anagan ini? Marilah kita simak beberapa kisah  dan wasiat yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat buat aku dan keluargaku dan kalian wahai kaum muslimin pembaca yang dimuliakan Allah Jalla Jalaaluh.

Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khoththob pernah berkumpul bersama para sahabatnya dalam sebuah ruangan seraya berkata: “berangan-anganlah kalian!”, maka salah seorang berujar: “Aku berangan-angan seandainya aku memiliki emas sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Salah seorang lainnya berujar: “Kalau aku berangan-angan seandainya aku punya intan dan permata sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Umar kemudian berujar: “Berangan-anganlah kalian!”. Mereka menjawab: “Kami tidak tahu lagi harus berangan-angan apalagi, wahai amirul mu’minin”. Umar berkata: “Aku berangan-angan seandainya ruangan ini penuh dengan orang-orang seperti Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abi Hudzaifah, dan Hudzaifah ibnul Yaman”. (HR. Al-Hakim: 5005, sesuai dengan syarat bukhori dan muslim).

Mengapa Umar – rodhiallau ‘anhu – lebih suka ruangan itu penuh dengan pemuda sekelas Abu Ubaidah dari pada penuh dengan emas permata? Karena infak emas permata semata tidak bisa mengantar umat islam menuju kemuliaan, tidak bisa membebaskan Baitul Maqdis dari tangan najis Raja Romawi Heraklius saat itu, tidak mampu mengibarkan panji islam sampai ujung timur Kekaisaran Persia. Sumber daya alam semata bukanlah solusi, butuh sumber daya manusia-manusia pilihan seperti mereka untuk mengawal umat islam menuju kejayaan.

Pada suatu hari di kota Mekkah tengah berkumpul empat orang di Hijr Ismail (samping Ka’bah), mereka adalah Mus’ab bin Az-Zubair, ‘Urwah bin Az-Zubair, Abdullah bin Az-Zubair, dan Abdullah bin ‘Umar. Mereka berkata: “Mari kita berangan-angan!”, kemudian Abdullah bin Az-Zubair berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi khalifah”, kemudian ‘Urwah berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi seorang ‘Alim”, adapun Mus’ab berkata: “Kalau aku berangan-angan menjadi gubernur Iraq dan menikahi Aisyah binti Tholhah dan Sakinah binti Al-Hasan”, adapun ‘Abdullah bin ‘Umar berkata: “Kalau aku berangan-angan sekiranya Allah ta’ala mengampuniku”. Periwayat kisah ini berkata: “akhirnya masing-masing mereka bertiga memperoleh apa yang mereka angan-angankan, dan semoga saja Abdullah bin ‘Umar juga telah memperoleh apa yang dia angan-angankan” (Hilyatul ‘Auliya)

Kisah ini adalah kisah yang menyiratkan para sahabat Nabi yang telah cukup syariatnya, bagus budi pekertinya, dan mendapat bimbingan langsung dari Baginda Rosul yang mulia. Hayalan mereka adalah doa bagia mereka. Sungguh hayalan yang keluar dari lubuk hati adalah doa. Dan doa yang terkabul adalah doa yang penuh dengan kecintaan dan ketaatan terhadap Allah dan Rosulnya.


Diriwayatkan oleh Sunan Ahmad dan Sunan Tirmidzi bahwa Rosulullah berkata: “Dunia ini di huni oleh empat jenis hamba:
(pertama), hamba yang Allah ta’ala anugerahi harta dan ilmu sehingga keduanya menjadi perantara dia untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, menyambung tali silaturahmi, dan dia mengetahui hak-hak Allah ta’ala. Inilah sebaik-baik golongan.
(Kedua), hamba yang Allah ta’ala anugerahi ilmu namun tidak dianugrahi harta, maka dia berangan-angan: “andaisaja aku punya harta tentu aku akan beramal seperti amalanya si fulan (yakni golongan yang pertama)”. Golongan ini pahalanya sama dengan yang pertama.
(Ketiga), hamba yang Allah ta’ala anugerahi harta namun tidak dianugerahi ilmu, maka dia belanjakan hartanya itu seenaknya tanpa ilmu, dia tidak menggunakannya untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tidak juga untuk menyambung tali silaturahmi, dan bahkan dia sama sekali tidak tahu hak-hak Allah ta’ala. Inilah seburuk-buruk golongan.
(Keempat), hamba yang tidak dianugerahi harta dan tidak pula dianugrahi ilmu, maka dia berangan-angan: “andaisaja aku punya harta tentu aku akan berfoya-foya seperti si fulan (yakni golongan yang ketiga)”. Golongan ini dosanya sama dengan yang ke tiga”.

Golongan manakah kita.....? 
Bagaimanakah dengan sebuah hayalan yang bernuansa keduniaan? Adalah baiknya seseorang menyempurnakan akalnya dengan mengoreksi keberadaan diri dan bumi yang pijak. Sungguh mulia berhayal dalam kemaslahatan agama Allah. Dengan segala penyesalan dan keterbatasan manusia, sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang dikandung oleh niat, karena Allah nya the Only Maker nya akal, Allah hanya akan menghukumkan sesuatu atas sesuatu karena niatan hatinya, Sungguh alangkah bururknya berhayal dalam kemaslahatan duniawi, karena dunia hanya tempat persinggahan belaka. Tak lama setelah itu pindah ke alam kubur-perhitungan amal sementara menunggu Hari Akhir Pembalasan Total umat manusia.

Kalimat terakhirnya adalah pengaharapan yang sempurna sesungguhnya ialah disertai dengan amal perbuatan karena kalau tidak demikian maka itu menjadi kosong(lamunan) belaka. Seseorang yan sempurna akalnya adalah yang setiap saat mengoreksi dirinya dan bersiap untuk menghadap mati, sedangkan orang yang pandir akan selalu menurutkan hawa nafsu dengan berharap berbagai hal yang diluar sebab akibat.

Ma'aruf berkata, "Mengharap syurga tanpa amal perbuatan itu dosa dan mengharap syafaat tanpa sebab berarti ditipu, dan mengahrap kan rahmat dari siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti kebodohan.
Al Hasan ra. berkata, "Sesungguhnya ada beberapa orang yang tertipu oleh angan-angan keinginan pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia ini tanpa membawa kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: "Kami baik sangka terhadap Allah, padahal hal berdusta terhadap pengakuan itu. sebab andaikata mereka baik sangka terhadap Allah tentunya baik pulalah perbuatannya."

Lanjut Al Hasan, "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kami dari angan-angan (lamunan) yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu lalai/teledor karenanya, demi Allah tidak pernah Allah memberi kepada seorang hamba kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik dunia maupun akhirat.
Wallhualam bissawab.........

Source:
Terjemah Al-Hikam
www.belajarislam.com


0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews