Ceritasufi - Seorang sahabat dengan spontan menjawab, "Sabar ada batasnya, masa di biarin aja ?"
Sementara itu dia telah dikaruniai sebuah usaha besar oleh Allah saw. Hanya karena penghianatan seorang sahabat, ia harus menanggung hutang hingga menjual perusahaannya.
Kesabaran identik memang dengan ketahanan jiwa. Kemampuan mengatur hati yang dapat melahirkan banyak amaliyah; syukur nikmat, ketenangan batin, menambah keyakinan dsb. Islam tidak membiarkan kesewenang-wenangan tapi tidak pula mecahkan gelas yang di tangan saat kita akan membeli yang baru.
Keselarasan jiwa antara menerima dan berusaha selalu beriringan. Hingga ia mencapai titik pencapaian yang telah Tuhan tentukan.
Sabar atau dalam kata bendanya kesabaran, bukan menjadikan manusia menjadi pemalas. "Sabar aja, biarkan lah begitu,!" Ungkapan ini jauh dari pemikiran Islam sebenarnya. Melainkan sabar menjadi pondasi keimanan baik saat senang maupun susah.
Sabar memposisikan kita jauh dari norak dalam bersikap. Mengikat hati dengan Pencipta. Menimbulkan mahabbah kepada sesama. Menjauhi perpecahan dalam amal ma'ruf nahi mungkar.
Ketakutan, kekurangan uang, ketiadaan keturunan sangat membutuhkan kesabaran ektra (lebih) bagi sebagian orang. Ada pula yang butuh porsi yang sedikit bagi sebagian yang lain. Semisal sabar dalam menyuap nasi, sabar akan menarik gas motor saat jalanan macet, sabar dalam mendidik, dsb. Patutlah jika kata sabar lebih bersinonim kepada kondisi yang nyaman; adem, kalem, betah, kepala dingin, setia, tabah, tahan, lunak, santai toleran dan pemaaf.
Para pencari Tuhan berusaha untuk tetap sabar dalam keadaan mengingat Tuhan tiap saat selama hidupnya. Ada yang harus sabar melatih diri hingga berpuluh tahun. Yang lain pula mendapat Rahmat Allah saw dalam sekejap. Sungguh Tuhan berkehendak dengan sekehendak Nya. Maka mintalah kepadanya untuk diturunkan nikmat sabar.
Kontras bila kita menyimak banyak ayat dalam Al Quran. Sebut saja bahwa Allah swt bersama dengan orang yang sabar, atau maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Tuhanmu. Perkataan ini menjadi indikator dan sandaran akan pentingnya kesabaran. "Sabar dibutuhkan oleh orang miskin dan orang kaya", begitulah kalimat yang keluar dari salah satu episode Ceramah Qurauish Shihab di MetroTV.
Seorang sholeh pernah berkisah kepada sahabatnya bahwa ia harus memperbaiki sholatnya selama 20 tahun. Ini adalah kesabaran ektra dari kesungguhan dalam pelatihan diri.
Apakah sabar ada batasnya ?. Kredo ini akan terasa janggal saat membaca lembaran Al Quran. Mungkinkah seorang muslim akan meningkatkan imannya jika kredo ini pegang? Auto kritik tentu telah Allah suguhkan di dalam Alquran. Salah satunya di dalam Surah Ali Imran ayat 200 : "Hai orang-orang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu....". Dalam lembaran lain Alah swt juga berkata, "Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Tuhanmu".
Penguatan untuk melatih kesabaran jelas tergambar dari perkataan Nya diatas. Muslim, dengan menyakini takdir baik dan buruk tentunya impian tak semulus hayalan. Cita-cita tak semudah Ketentuan (Nya). Di saat lain, Dia juga berkata bahwa belum tentu yang menurut kita baik itu disukai oleh Tuhan.
Nah.. Bagaimana seorang muslim harus menajlai ke-musliminan nya, jika kalimat ini masih jadi moto? Sungguh sebaik-baik kalimat adalah kalimat yang keluar dari Rosulullah dan Firman Allah swt.
Cobaan dan azab adalah pelajaran sekaligus peringatan akan kebesaran Tuhan. Semua permasalahan mau tak mau harus di maknai dalam koridor kesabaran. Dan yang terbaik adalah kesabaran dalam melakukan kebajikan. Bersabar dalam sholat, menjaga sedekah (bukan hanya zakat), menjaga orang tua yang sakit dsb. Karena si miskin berlimpah sabar, saat kaya hilang kesabaran.
Tak ada yang diluar kontrol Tuhan. Tuhan meliputi segala sesuatu. Walhasil, semua adalah skenario Tuhan. Jadi, mintalah kepada Nya akan karunia SABAR.
Setiap akhir semester guru akan melakukan ualngan kepada siswa. Tentunya untuk mengetahui prestasi tiap individu dan presentase kesuksesan kelas. Begitulah Tuhan memberikan gambaran kepada kita akan cobaan hidup. Jika keimanan tak diuji, maka ia belum terbukti.
Raportnya adalah kebahagiaan. Saat gagal dalam tes kesabaran maka kita tak akan naik kelas iman. Sebaliknya jika bersabar saat kesedihan, maka ketenangan jiwa didapatkan.
Sungguh Tuhan Maha Adil, Dia suguhkan jajanan harta, wanita molek, dan tersedianya banyak kursi kekuasaan bagi tiap Muslim beriman. Ia hadirkan pula gemerlap kemudahan di dalamnya. Untungnya, saat itu iman yang di naungi kesabaran hadir maka jajanan harta, keindahan wanita, dan kekuasaan dunia hanya menjadi hiasan jasad. Bagaimana jika kesabaran dalam iman ini hilang saat bertemu dengan uang kekuasaan dan perempuan ? Tentunya kita akan mengira, Seberapa dalam kita akan terjerumus ?
Tuhan sangat senang jika seorang hamba mengiba kepadan Nya. Meminta segala sesuatu hanya kepadaNya. Dan sebaliknya sangat benci dengan manusia yang meminta kepada selain Nya. Maka mengibalah hanya kepada Nya, agar kita tetap di bantu saat bencana datang.
Berpeganglah pada sabar dan sholat. Begitulah Tuhan berpesan. Di kalimat lain, Sungguh Allah azza wa jalla bersama dengan orang-orang yang sabar. Tuhan tak pernah meninggalkan orang-orang yang meminta kepada Nya. Tidak sedetikpun. Karena Ia adalah Maha Pemberi. Hanya sering kita tak sadar akan kehadiran Allah saw saat kesenangan hampir.
Apakah sabar ada batasnya ? Tentunya kredo ini bukan dari Islam. Sungguh Tuhan itu Maha baik. Ia tak akan mungkin menimpakan masalah yang tak mampu kita atasi. Boleh jadi manusia sendiri yang membuat nya menjadi complicated (rumit). Kesalahan pada Tuhan akan membawa kesusahan penghidupan.
Kalaupun belum dapat bersabar, ada baiknya kita renungkan kalimat ini.
Sepercaya apakah kita akan kalimat-kalimat di dalam Quran ?
Apakah Al-Quran dan Hadits hanya di dengar saat Jumat ?
Atau terucap dalam diskursus dan seminar-seminar saja ?
Mungkin itulah hikmah mengapa Tuhan ciptakan tubuh manusia dengan banyak lubang. Salah satunya lubang pori-pori. Agar Alquran itu bagai air yang meresap ke dalam pori-pori hingga ke tulang sum-sum dan memfosil.
Doa-ikhtiar-doa. Tiga prilaku sejajar dan berkesinambungan. Memulai dengan Bismillahir rohman nirrohim lalu tangan mulai mengayuh dunia dengan pilar kesabaran dan Alhamdulillahi robbil 'alamin kala satu urusan berakhir.
Lain waktu, para guru sufi mengajarkan kita untuk menjadikan kalimat-kalimat dalam doa sebagai tameng, benteng. Inilah pemisah antara pengingat Tuhan dan pengabai Tuhan. Selalu menggiat diri untuk tetap memuja-memuji dan meniba kepada Ilahi dalam tiap ikhtiarnya. Dengan harapan melatih kesadaran akan kehadirat Tuhan dalam tiap tingkah polah walau jasad sibuk bergerak.
Sebagaimana Rosulullah mengajarkan hal kecil tapi berdampak dahsyat kepada manusia :
Sementara itu dia telah dikaruniai sebuah usaha besar oleh Allah saw. Hanya karena penghianatan seorang sahabat, ia harus menanggung hutang hingga menjual perusahaannya.
Kesabaran identik memang dengan ketahanan jiwa. Kemampuan mengatur hati yang dapat melahirkan banyak amaliyah; syukur nikmat, ketenangan batin, menambah keyakinan dsb. Islam tidak membiarkan kesewenang-wenangan tapi tidak pula mecahkan gelas yang di tangan saat kita akan membeli yang baru.
Keselarasan jiwa antara menerima dan berusaha selalu beriringan. Hingga ia mencapai titik pencapaian yang telah Tuhan tentukan.
Sabar atau dalam kata bendanya kesabaran, bukan menjadikan manusia menjadi pemalas. "Sabar aja, biarkan lah begitu,!" Ungkapan ini jauh dari pemikiran Islam sebenarnya. Melainkan sabar menjadi pondasi keimanan baik saat senang maupun susah.
Sabar memposisikan kita jauh dari norak dalam bersikap. Mengikat hati dengan Pencipta. Menimbulkan mahabbah kepada sesama. Menjauhi perpecahan dalam amal ma'ruf nahi mungkar.
Ketakutan, kekurangan uang, ketiadaan keturunan sangat membutuhkan kesabaran ektra (lebih) bagi sebagian orang. Ada pula yang butuh porsi yang sedikit bagi sebagian yang lain. Semisal sabar dalam menyuap nasi, sabar akan menarik gas motor saat jalanan macet, sabar dalam mendidik, dsb. Patutlah jika kata sabar lebih bersinonim kepada kondisi yang nyaman; adem, kalem, betah, kepala dingin, setia, tabah, tahan, lunak, santai toleran dan pemaaf.
Para pencari Tuhan berusaha untuk tetap sabar dalam keadaan mengingat Tuhan tiap saat selama hidupnya. Ada yang harus sabar melatih diri hingga berpuluh tahun. Yang lain pula mendapat Rahmat Allah saw dalam sekejap. Sungguh Tuhan berkehendak dengan sekehendak Nya. Maka mintalah kepadanya untuk diturunkan nikmat sabar.
Kontras bila kita menyimak banyak ayat dalam Al Quran. Sebut saja bahwa Allah swt bersama dengan orang yang sabar, atau maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Tuhanmu. Perkataan ini menjadi indikator dan sandaran akan pentingnya kesabaran. "Sabar dibutuhkan oleh orang miskin dan orang kaya", begitulah kalimat yang keluar dari salah satu episode Ceramah Qurauish Shihab di MetroTV.
Seorang sholeh pernah berkisah kepada sahabatnya bahwa ia harus memperbaiki sholatnya selama 20 tahun. Ini adalah kesabaran ektra dari kesungguhan dalam pelatihan diri.
Apakah sabar ada batasnya ?. Kredo ini akan terasa janggal saat membaca lembaran Al Quran. Mungkinkah seorang muslim akan meningkatkan imannya jika kredo ini pegang? Auto kritik tentu telah Allah suguhkan di dalam Alquran. Salah satunya di dalam Surah Ali Imran ayat 200 : "Hai orang-orang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu....". Dalam lembaran lain Alah swt juga berkata, "Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Tuhanmu".
Penguatan untuk melatih kesabaran jelas tergambar dari perkataan Nya diatas. Muslim, dengan menyakini takdir baik dan buruk tentunya impian tak semulus hayalan. Cita-cita tak semudah Ketentuan (Nya). Di saat lain, Dia juga berkata bahwa belum tentu yang menurut kita baik itu disukai oleh Tuhan.
Nah.. Bagaimana seorang muslim harus menajlai ke-musliminan nya, jika kalimat ini masih jadi moto? Sungguh sebaik-baik kalimat adalah kalimat yang keluar dari Rosulullah dan Firman Allah swt.
Cobaan dan azab adalah pelajaran sekaligus peringatan akan kebesaran Tuhan. Semua permasalahan mau tak mau harus di maknai dalam koridor kesabaran. Dan yang terbaik adalah kesabaran dalam melakukan kebajikan. Bersabar dalam sholat, menjaga sedekah (bukan hanya zakat), menjaga orang tua yang sakit dsb. Karena si miskin berlimpah sabar, saat kaya hilang kesabaran.
Tak ada yang diluar kontrol Tuhan. Tuhan meliputi segala sesuatu. Walhasil, semua adalah skenario Tuhan. Jadi, mintalah kepada Nya akan karunia SABAR.
Setiap akhir semester guru akan melakukan ualngan kepada siswa. Tentunya untuk mengetahui prestasi tiap individu dan presentase kesuksesan kelas. Begitulah Tuhan memberikan gambaran kepada kita akan cobaan hidup. Jika keimanan tak diuji, maka ia belum terbukti.
Raportnya adalah kebahagiaan. Saat gagal dalam tes kesabaran maka kita tak akan naik kelas iman. Sebaliknya jika bersabar saat kesedihan, maka ketenangan jiwa didapatkan.
Sungguh Tuhan Maha Adil, Dia suguhkan jajanan harta, wanita molek, dan tersedianya banyak kursi kekuasaan bagi tiap Muslim beriman. Ia hadirkan pula gemerlap kemudahan di dalamnya. Untungnya, saat itu iman yang di naungi kesabaran hadir maka jajanan harta, keindahan wanita, dan kekuasaan dunia hanya menjadi hiasan jasad. Bagaimana jika kesabaran dalam iman ini hilang saat bertemu dengan uang kekuasaan dan perempuan ? Tentunya kita akan mengira, Seberapa dalam kita akan terjerumus ?
Tuhan sangat senang jika seorang hamba mengiba kepadan Nya. Meminta segala sesuatu hanya kepadaNya. Dan sebaliknya sangat benci dengan manusia yang meminta kepada selain Nya. Maka mengibalah hanya kepada Nya, agar kita tetap di bantu saat bencana datang.
Berpeganglah pada sabar dan sholat. Begitulah Tuhan berpesan. Di kalimat lain, Sungguh Allah azza wa jalla bersama dengan orang-orang yang sabar. Tuhan tak pernah meninggalkan orang-orang yang meminta kepada Nya. Tidak sedetikpun. Karena Ia adalah Maha Pemberi. Hanya sering kita tak sadar akan kehadiran Allah saw saat kesenangan hampir.
Apakah sabar ada batasnya ? Tentunya kredo ini bukan dari Islam. Sungguh Tuhan itu Maha baik. Ia tak akan mungkin menimpakan masalah yang tak mampu kita atasi. Boleh jadi manusia sendiri yang membuat nya menjadi complicated (rumit). Kesalahan pada Tuhan akan membawa kesusahan penghidupan.
Kalaupun belum dapat bersabar, ada baiknya kita renungkan kalimat ini.
Sepercaya apakah kita akan kalimat-kalimat di dalam Quran ?
Apakah Al-Quran dan Hadits hanya di dengar saat Jumat ?
Atau terucap dalam diskursus dan seminar-seminar saja ?
Mungkin itulah hikmah mengapa Tuhan ciptakan tubuh manusia dengan banyak lubang. Salah satunya lubang pori-pori. Agar Alquran itu bagai air yang meresap ke dalam pori-pori hingga ke tulang sum-sum dan memfosil.
Doa-ikhtiar-doa. Tiga prilaku sejajar dan berkesinambungan. Memulai dengan Bismillahir rohman nirrohim lalu tangan mulai mengayuh dunia dengan pilar kesabaran dan Alhamdulillahi robbil 'alamin kala satu urusan berakhir.
Lain waktu, para guru sufi mengajarkan kita untuk menjadikan kalimat-kalimat dalam doa sebagai tameng, benteng. Inilah pemisah antara pengingat Tuhan dan pengabai Tuhan. Selalu menggiat diri untuk tetap memuja-memuji dan meniba kepada Ilahi dalam tiap ikhtiarnya. Dengan harapan melatih kesadaran akan kehadirat Tuhan dalam tiap tingkah polah walau jasad sibuk bergerak.
Sebagaimana Rosulullah mengajarkan hal kecil tapi berdampak dahsyat kepada manusia :
"Dan tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah. dan sesungguhhnya Syetan tak akan bisa membuka pintu yang telah tertutup."
Begitulah sekelumit tuntunan baginda Rosulullah saw meresapi batas kesabaran.
Wallhualam bissawab
No comments:
Post a Comment