Illustration: kikiya.web.com |
Sebagaiaman madu terasa pahit bagi orang yang sakit, kematian bakal sangat “pahit” bagi yang tertimpa penyakit kekufuran, dosa dan kemaksiatan. Lain halnya mukmin, kesalihan dalam beragama sempurna dan hati yang hanya dipenuhi kecintaan akan Nya, maka kematian menjadi keindahan dan suka cita yang tiada tara.
Renggutlah wahai Aku nya para Aku. Kau bawa kedamaian akan penantian, perjalanan yang rebah bediri tak sempurna. Berandai andai jadikan aku bulu pada seekor anjing. Tentramkan aku dengan bertemuMu. Mu- kusambut dengan helaan nafasMu. Nafas yang lebih sering alpa akan kebesaran dan kehambaan. Na'uzubillah pakaian kesombongan sering terpasang pada ruh dan jasad hamba. Padahal itu adalah pakaiamu Wahai Sang Raja Diraja. Usapan mu kusangkakan dengan prasangkaan bukan-bukan. Didikan cobaanMu kurasa kebencianMu.
Wahai Rabb yang Maha Megurus Mahkhluk dan tak pernah lelah dalam mengampuni. Sungguh kecupan Mu menentramkan aliran darahku. Limpahkan kekuatan untuk melemahkan Lawwamah. Rahmati dengan Mutmainnah...
Mukmin yang salih dan taat akan bersatu dengan Tuhannya di dalam syurga Sang Kekasih, keindahan sempurna Ahmad dan Kemahaindahan Allah yang Abadi.
Tak ada satupun bekal dari semua yang diusahakan dibawa. Malaikat kubur tak kenal dengan jabatan duniamu, kebesaran rumah tingggal, keturuan, status social dan kekuatan kekuasaanmu selama di dunia.
Satu-satunya sahabat yang pantas berada disana adalah hati yang tulus dan amal yang salih…
No comments:
Post a Comment