Piri
Reis lahir di Gallipoli, daerah Pantai Aegea, Turki. Ia hidup antara tahun
877-961 Hijriah atau 1465-1554 Masehi, dengan nama lengkap Hadji Muhiddin Piri
Ibnu Hadji Mehmet. Piri kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya hingga remaja
bersama pamannya Kemal Reis, seorang pelaut terkenal di masa Kekalifahan Turki
Utsmani. Pamannyalah yang mendorong Piri mencintai laut, pelayaran dan
kartografi (ilmu pembuatan peta).
Akhirnya, Piri Reis memantapkan tekadnya untuk mengikuti jejak sang paman menjadi pelaut, navigator dan kartografer terkemuka di abad 16. Ia dipercaya sebagai laksamana armada perang Kerajaan Ottoman di masa Raja Sulaeman II.
Akhirnya, Piri Reis memantapkan tekadnya untuk mengikuti jejak sang paman menjadi pelaut, navigator dan kartografer terkemuka di abad 16. Ia dipercaya sebagai laksamana armada perang Kerajaan Ottoman di masa Raja Sulaeman II.
Laksamana Piri Reis
dikenal dunia karena mewariskan peta dunia pertama yang paling lengkap, yang
sekaligus meninggalkan banyak misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang. Dan
tahukah Anda, untuk pertama kalinya peta dunia terlengkap adalah dibuat oleh Laksamana
Piri Reis, armada perang Kekalifahan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman) pada
tahun 1513.
Kisah peta Piri Reis berawal dari sebuah sudut ruangan di Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Pada tahun 1929 secara tidak sengaja ditemukan sebuah mahakarya yang dituangkan dalam selembar kulit rusa berukuran 90 x 65 cm. Sebuah peta yang mencengangkan dunia kartografi modern. Peta kuno ini telah mengundang decak kagum para peneliti dan sejarawan modern. Betapa tidak, peta tersebut benar-benar digambarkan dengan lengkap dan cukup detail. Bahkan hasil perbandingan pemotretan dengan satelit pun memiliki bentuk yang sangat mirip.
Analisis karbon menunjukkan peta ini benar-benar dibuat tahun 1513 oleh seorang admiral Turki bernama Piri Reis. Lalu siapakah sebenarnya Piri Reis itu?
Bagaimana Piri Reis menggambar peta dunia dengan sangat akurat, masih menjadi bagian dari teka-teki di abad ini. Namun, Piri Reis mengakui peta tersebut dibuat secara manual dengan menggabungkan dan menyamakan skala beberapa peta di seluruh dunia yang ada pada saat itu ditambah rekaman perjalanan Piri sendiri ke beberapa tempat di dunia dalam rangka mengemban tugasnya sebagai laksamana armada perang Kerajaan Turki Utsmani.
Ia menyebutkan menggunakan 34 sumber yang berbeda,
antara lain sebanyak 20 peta berasal dari zaman Iskandar yang Agung (Alexander
the Great), 8 peta karya ahli geografi Muslim, 4 peta Portugis dan 1 peta hasil
karya Columbus. Ada juga yang berpendapat Piri Reis membuat petanya dengan rujukan 10 sumber Arab, 4 peta India dari Portugis dan satu peta Colombus wikipedia.org). (Penulis lebih yakin dengan pernyataan pertama)
Pada
tahun 1513, peta-peta itu kemudian diringkas menjadi satu peta dunia versi Piri
Reis. ”Di abad ini (saat Piri hidup), tak ada peta seperti peta ini sebelumnya,
dibuat dengan cara menggabungkan keseluruhan peta menjadi satu skala. Saling
melengkapi dan saling mengkoreksi satu sama lain. Maka hadirlah peta yang benar
dan yang dapat dipercaya,” demikian pengakuan Piri Reis.
Selain
handal membuat peta, Piri Reis juga menulis sebuah buku navigasi, Kitab-i
Bahriye (Book of Navigation) yang
mulai ditulisnya tahun 1511 sepeninggal pamannya Kemal Reis. Kitab-i Bahriye
adalah salah satu buku navigasi paling terkenal sebelum zaman modern. Buku ini
berisi informasi rinci mengenai pelabuhan-pelabuhan penting dunia, teluk, gua,
tanjung, pulau, selat dan lokasi ideal untuk perlindungan di Laut Tengah, juga
teknik-teknik navigasi, dan astronomi kelautan.
Kitab yang dibuat antara 1511 hingga 1521 ini beberapa kali direvisi. Sejumlah informasi ditambahkan pada buku ini, seperti jenis-jenis badai, teknik menggunakan kompas, tabel dan peta, rincian garis pantai dan pelabuhan, metode menemukan arah menggunakan bintang, karakteristik utama samudra dan pulau-pulau di sekitarnya. Hasil karya Piri yang satu ini banyak menyumbang pada penjelajahan yang dilakukan Christopher Columbus, Vasco da Gama dan pelaut lainnya dalam mencari jalan ke India dan Asia lainnya.
Pada 1524 dan 1525 Kitab-i Bahriye oleh Piri Reis dipersembahkan sebagai hadiah kepada sang penguasa Kekaisaran Ottoman saat itu, Sultan Sulaiman II yang berjuluk Sulaiman AlQanun. Salinan Kitab-i Bahriye kini tersimpan di banyak perpustakaan dan museum di seluruh dunia.
Kontroversi
Sejak pertama kalinya ditemukan, peta Piri Reis telah mengundang banyak
kontroversi karena keakuratan datanya, dan yang menakjubkan adalah mampu
memetakan kawasan-kawasan asing dan misterius di masanya.
Potongan yang tersisa dari peta dunia ini secara umum menggambarkan Pantai Barat Afrika, Pantai Timur Amerika Selatan dan garis pantai utara Antartika dengan tingkat detail yang tinggi, bahkan Piri pun menambahkan ekologi dan kebudayaan pada tempat-tempat tersebut.
Beberapa fakta yang cukup mengejutkan dari peta Piri Reis di antaranya :
- Perbandingan jarak antara Pantai Timur Amerika Selatan dan Pantai Barat Afrika pada peta sama dengan peta modern saat ini.
- Benua Antartika yang baru ditemukan pada tahun 1818 dan baru dieksplorasi di abad ke-20, telah berhasil digambarkan pada peta Piri, 300 tahun sebelum ditemukan, bahkan digambarkan sebagai ”daratan yang memiliki tumbuhan.”
- Pada peta itu pula digambarkan Pulau Aegea masih di berada atas permukaan laut. Hal ini bertentangan dengan pendapat para ahli bahwa Pulau Aegea berada di bawah permukaan air sejak akhir zaman es, 4000 tahun SM.
- Greenland digambarkan sebagai dua pulau yang berbeda.
- Di peta itu, Selat Behring menunjukkan hubungan antara Asia dan Amerika.
- Ada glasier besar menutupi Inggris dan Skotlandia.
- Delta sungai tampak lebih pendek.
Dengan
fakta-fakta yang mencengangkan itu berbagai teori pun bermunculan. Banyak
kalangan beranggapan peta Piri Reis dibuat oleh kebudayaan yang jauh lebih
maju, kebudayaan Benua Atlantis misalnya, bahkan ada yang mengaitkan peta Piri
Reis dengan keberadaan UFO atau alien.
(dari
berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment