Ketua Presidium Mer-C Joserizal - Mer-C |
“Kita berkumpul di sini bukan cuma karena dukungan negeri-negeri muslim, tetapi lebih dari itu, dukungan untuk mewujudkan, Keadilan! Indonesia sebagai negeri muslim demokrasi terbesar di dunia, tentunya dukungan terhadap Palestina akan mempunyai makna yang sangat besar,” begitu kesimpulan moderator dari diskusi publik ‘Keadilan bagi Palestina’, Selasa (31/1), yang menghadirkan George Galloway, Joserizal Jurnalis, dan Yudi Latif Phd,
George Galloway mengungkapkan bahwa sebenarnya dalih agama bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk mereka, bangsa Isrel, baru belakangan saja mereka menemukan alasannya.
“Tak ada seorangpun dari pendiri zionis ini punya agama, mereka semua atheis. Yang mereka inginkan adalah tanah untuk mereka jadikan tanah air,” ungkap Galloway.
Sebelum mereka menjajah Palestina, masih kata Galloway, Zionis Israel telah berunding serius dengan Inggris untuk mendirikan negara di Uganda, yang merupakan salah satu negara jajahan Inggris. Tetapi Inggris menyetujui untuk membuat tanah air bagi Zionis Yahudi di Palestina.
Balfour tidak pernah memberikan tanah, Ia hanya memberikan tujuh baris kalimat persetujuan untuk mendirikan tanah air di Palestina, yang bukan pula merupakan daerah jajahan Inggris. “Tujuh baris kalimat yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Balfour inilah yang kemudian menyebabkan 100 tahun penderitaan rakyat Palestina,” jelasnya.
“Keadilan”, inilah yang rakyat Palestina tuntut. Zionis Yahudi datang mendirikan negara di tanah mereka dan kemudian menghapus Palestina dari peta dunia.
“Satu-satunya negara yang dihapus dari peta dunia adalah Palestina. Kalian ingin tahu bagaimana rasanya menjadi seseorang tanpa negara, tanpa paspor? Di sini saya menemukan dua dokter Palestina, mereka punya keluarga dan anak-anak mereka lahir di sini. Anak-anak ini tidak memiliki paspor, kalau mereka ingin memiliki paspor, mereka harus kembali ke negara mereka. Lalu untuk kembali, mereka butuh paspor. Ini kan seperti tebak-tebakan “Mana yang lebih dulu telor atau ayam?”
Itu adalah contoh orang-orang Palestina yang beruntung. Yang tidak beruntung tinggal selama 64 tahun di kamp-kamp pengungsian. Pengungsian Yang paling parah saya lihat adalah kamp pengungsian jenin. “Di Jenin 1 km persegi ditinggali 4000 orang palestina,” ungkapnya.
Masalah Palestina bukan hanya permasalahan muslimin, tetapi ini juga adalah permasalahan umat Kristen.
“Umat Kristen tidak bisa beribadah di Betlehem, karena Kota yang merupakan tempat kelahiran Yesus dikuasai Israel, dan tempat kelahiran Yesus juga telah dibakar oleh mereka. Selain itu, orang-orang Kristen tidak tahu bahwa 20% orang Palestina beragama Kristen,” paparnya.
Kemudian George juga menjelaskan, bahwa selama kunjungannya di Indonesia, ada yang mengatakan kepadanya bahwa untuk apa kita melakukan boikot, toh Israel tidak punya kedutaan disini! Saya katakan kepadanya
“Siapa yang butuh kedutaan, kalau Starbuck ada disetiap sudut Kota, dan bahkan didalam-dalam Kampus. Kalianlah kaum muslimin yang mendanai kegiatan mereka”.
Kepada para peserta yang hadir dalam diskusi tersebut ia mengatakan “katakanlah kepada orang-orang yang minum kopi di Starbuck, bahwa ada darah disetiap cangkir kopi Starbuck yang mereka minum!!”.
Ketua Presidium Mer-C Joserizal dari Mer-C, dalam diskusi ini menjelaskan tentang pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Dia mengatakan, bahwa pembangunan Rumah Sakit di Gaza adalah 100% uang rakyat Indonesia, tanpa ada bantuan sedikitpun dari Pemerintah. Sekarang ini Rumah Sakit tersebut sudah 80% jadi.
Sedangkan pembicara lain, Yudi Latif dari Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK), dengan mengutip perkataan Mantan Presiden Soekarno mengajak rakyat Indonesia untuk membantu kemerdekaan Palestina.
“Jangan pernah melupakan sejarah!”itu kata Soekarno.
Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Palestina. mereka mengumpulkan emas untuk membantu kemerdekaan Indonesia. “Nah, sekarang giliran kitalah (rakyat Indonesia) yang harus membantu kemerdekaan mereka dari Zionis Yahudi!” ajaknya.
Source
Ceritasufi
No comments:
Post a Comment