Sahabatku terkasih…
Kala itu aku masih lagi di sekolah dasar. Lupa tepatnya kelas berapa. Mungkin tak lebih dari kelas tiga. Sehabis sekolah biasa aku singgah menunggu ibu pulang kerja di rumah sahabatku ini. Sebelum kami bercengkrama di depan rumah, seperti biasa aku menunggu di ruang tamu menunggunya berganti pakaian.
Ruang tamu hening walau ada tiga orang disana. Aku, ayah sahabatku dan teman nya. Topic pembicaraan mereka masuk dalam hal agama. Hampir sepuluh
menit aku menunggu sendiri ditemani obrolan dewasa yang tak sama sekali aku mengerti. Tapi yang kuingat satu kalimat dari teman ayah sahabatku.“Sungguh susah untuk memilah-milih kebaikan sekarang, semua telah teracuni hingga akal islam lacur sedikit demi sedikit. Aku khawatir keluar rumah sekarang, dia hening sesaat. Wajahnya ditekuk saat ayah sahabatku menatap wajah sahabatnya yang telah beranjak 50an.
“Selangkah saja keluar rumah maka satu dosa telah kudapat, belum lagi dosa mata, hidung dan lainnya. Bagaimana dengan dosa telinga yang senantiasa terbuka lubangnya kecuali sedang tak sadarkan diri.”
Mereka berdua terdiam dalam renungan masing-masing. Sekelumit perjalanku Alhamdulillah hadir hingga saat ini. Tapi pertanyaan it uterus melekat bagai pesan yang mampu ku delet. Akhirnya sepenggal kalimat dari Abu Hasan Asysyadzily ra membuka belahan jiwa yang galau.
Pesan Guru Abu Hasan Asysyadzily
Banyak pesan-pesan soleh yang dapat dijadikan pemikiran mendalam lantas beramalah dengannya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang berfikir lagi mencari keridhoan Allah Azza wa Jalla.
Berkata guruku kepadaku, Abu Hasan Asysyadzily ra, “guruku, Abu Salam bin Maisyisi ra berpesan kepadaku:
·
Langkahkan kaki untuk suatu yang dapat mencapai ridho Allah
· Duduklah di suatu majelis (tempat atau perkumpulan) yang aman dari murka Allah.
· Janganlah bersahabat kecuali kepada orang yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Janganlah memilih sahabat karib kecuali yang dapat menambah keyakinanmu terhadap Allah
Sedang yang demikian itu sangat jarang di dapat.”
Pesan ini tentunya buatku dan sahabat sekalian. Tak ada maksud si pintar mengajari si bodoh ataupun sebaliknya. Baiknya kita renungkan kalimat terakhir beliau, “sedangkan yang demikian itu sangat jarang di dapat”.
Source: AlHikam, Bahresi
1 comment:
yang ini tah pak
rumah'e??
Post a Comment