Mengapa kita bekerja? Setelah bekerja, apa yang diinginkan? Setelah mendapat uang dari pekerjaan itu, apa yang akan kita makan, pakai, tempati dan sebagainya?
Pertanyaan sederhana ini boleh jadi sangat biasa dan tidak terlalu penting sekilas. Apa manfaatnya memikirkan pertanyaan sekilas tak penting ini. Boleh jadi pertanyaan ini tak akan ada dalam kondisi normal dan baik-baik saja. Tapi itu tak mungkin. Sebuah kalimat suci dilembar Quran termaktub bahwa ujian adalah barometer keimanan seseorang.
Dengan kata lain tak ada manusia hidup tanpa ujian dan masalah karena sememangnya begitulah untuk membentuk pemimpin (khalifah) yang dikehendaki Allah. Layaknya patung yang di ukir oleh pematung.
Semangkin lama diukir semangkin indahlah patung tersebut. Detail patung itu terlihat dan rapi pada akhirnya. Jadilah manusia itu seperti yang dikehendaki oleh Allah Azza Wajalla.
Semangkin lama diukir semangkin indahlah patung tersebut. Detail patung itu terlihat dan rapi pada akhirnya. Jadilah manusia itu seperti yang dikehendaki oleh Allah Azza Wajalla.
Pertanyaan demi pertanyaan akan datang kala masalah hadir padahal tak semua masalah dapat terjawab. paling tidak harus menunggu dengan sebuah kesabaran.
Wahai saudaraku tersayang
Kalaulah jawaban ini diteruskan niscaya jawabannya hanya satu pencaharian saja. Kata abstrak dan tak bermateri (benda) sedangkan kita mencarinya dengan konsep kebendaan. Lihatlah bagaiamana kita memperlakukan keseharian kita dengan mengisi dengan benda dan benda. Aktifitas yang menyibukkan diri dan diri sampailah pada tingkat berlebihan. Berlebihan inipun akan bias jika tidak dilandasi dengan iman kepada Allah.
Bahagia, kebahagiaan, membahagiakan, adalah kata-kata yang sangat diinginkan tiap-tiap manusia dengan akar kata bahagia. Referensi umum dari arti kata ini dapat kita lihat berikut: Dalam wikipedia Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan.
Islam punya koonsep jitu akan hal ini.
Allah berfirman:
Hasan Basri berkata:
"Carilah manisnya kebahagiaan dalam tiga hal: shalat, zikir dan membaca Al-Quran. Jika menemukannya maka anda akan menemukan kebahagiaan. Jika tidak maka ketahuilah bahwa pintu hatimu telah terkunci."
Malik bin DInar berkata:
"Orang yang merasakan kebahagiaan tidak akan merasakan yang sebanding dengan kenikmatan mengingat Allah Jalla Jalaaluh."
Sebagian ulama berkata:
"Orang yang beribadah pada malam hari, maka malam-malam yang mereka lalui dengan beribadah lebih indah daripada orang yang lali dengan segala yang melalaikannya. Seandainya tidak diciptakan malam, niscaya dia tidak akan betah hidup di dunia ini."
Ulama lain berkata:
"Aku mempelajari qiyamullail selama satu tahun, namun merasakannya selama dua puluh tahun."
Sebagian berkata:
"Sejak aku berusia 40 tahun, tidak ada yang mecemaskanku selain saat terbitnya fajar."
Ibrahim bin Adham berkata:
"Seandainya raja-raja dan puteranya mengetahui kebahagiaan dan kesenangan yang kami rasakan, niscaya mereka akan membunuh kami dengan pedang."
Ulama lain berkata:
"Waktu sungguh telah melaluiku." Lalu mereka berkata,"Jika penghuni surga seperti ini, maka mereka tentu berada dalam kehidupan yang indah."
No comments:
Post a Comment