Selamat Membaca dan Jangan Lupa Isikan Komentar Anda Ya.....
Barangsiapa belajar ilmu figh tanpa belajar tassawuf maka ia adalah fasiq. Siapa saja yang belajar Ilmu Tassawuf tanpa belajar Ilmu Figh maka ia adalah Zindiq, dan siapa saja yang mengumpulkan keduanya, maka ia adalah ahli Hakikat (Syeikh Al Fasi, Qawaid Al-Tasawwuf)

Thursday 14 July 2011

Buah Kekhusyu'an

Hati adalah kemudi yang mengarahkan prilaku jasad. Bagus dan jeleknya prilaku manusia, tergantung pada hati yang mengarahkannya. Disini khusyu diimplementasikan secara akhlaqi dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang khusyu adalah bukti terarahnya prilaku manusia. Sebab dengan hati yang khusyu prilaku manusia menjadi khusyu, tunduk kepada perintah hati yang bersih.
Tindakan yang khusyu, ucapan khusu' (bukan sia-sia), serta semua anggota badan termasuklah panca indera kulit turut khusyu seiring dengan seberapa khusyunya hati.

Tindakan mulia akan menjelma menjadi akhlaq mahmudah dan mengingkari akhlaq mazmumah. Kekhusyuan menumbuhkan kerendahan hati, memberikan sinar kebaikan dan keutamaan di sekelilingnya.

Hati yang khusyu seperti dikatakan para ulama sufi adalah khidmadnya hati pada keagungan Allah swt. Hati yang khusyu menyaksikan betapa agungnya Allah Yang Maha Kaya, dibandingkan dengan kecil dan tidak berartinya manusia di hadapan Khaliq Rabbul Izzah.

Manusia tak perlu merasa lebih dari manusia lain, awalaupun ia mempunyai kelebihan dari saudaran dan orang lain. Karena keangkuhanlah yang  akan bangkit berdiri, berakar dan menyusup ke sumsum kemudian berbuah  beranak menjadi riya, ujub dan kikir.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari hadits yang berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Rosulullah saw pernah bersadda : " Tidak akan masuk syurga orang yang hatinya terselubung keangkuhan, walaupun hanya sebesar biji sawi."

Firman Allah : " Hamba-hamba Allah yang Maha Rahman, adalah mereka yang berjalan dimuka bumi dengan sikap rendah hati ..." QS. AL Furqan : 63)

Apabila seorang hamba mukmin telah dapat memadamkan api nafsunya, menjinakkan nafsu hewani yang menutup antara dirinya dengan Yang Maha Rahman, maka cahaya Allah akan menyinari hati sanubarinya, menembus kabut tabir yang membatasi dirinya dengan Allah Jalla Jalaaluh.

Memadamkan api hawa nafsu artinya menutup pintu hati dengan keimanan dan kekhusyuan. Dengan demikian seluruh anggota tubuh dan panca indera menjadi khusyu, mengikuti kekhusyuan hati. Sehingga akal akan menyelaraskan dengan hati dan bukan sebaliknya.

Berkata Imam Hasan Basri: "Khusyu merupakan getaran rasa takut yang terus menerus dalam hati orang soleh." Dikatakan pula bahwa khusyu adalah tenangnya hati ketika diselimuti hakikat karena menerima anugerah sehingga hati menjadi tunduk dan mendapatkan ketentraman.

Para sufi selalu memelihara hatinya agar menyimpan kebersamaan dan memelihara persaudaraan sesama muslim, Menuntun kaum mukminin dengan hati yang selalu tunduk kepada perintah iman, karena kekhusyuan hati akan menaklukkan sifat hewani, serta menghapus perasaan berbeda duniawai terhadap kaum muslimin yang lain.Semua yang merusak hati akan terkubur dengan nurul qalbi. 


Merasa berbeda  dan merasa lebih penting dari orang lain adalah sejenis penyakit hati. Sifat-sifat ini kelak akan berbuah kepada kezhaliman karena terkikisnya penghargaan akan orang lain dan menganggap lebih dan kadang melebih-lebihkan (boombastis). Muncullah kerakusan dan haus kekuasaan menguasai segumpal darah ini yang kelak menjadi tolak ukur untuk bertemu dengan Allah.

Hati yang gelap bagai ruangan yang berlilin kemudian ditiup dengan riya, ujub dan penyakit hati lainnya. Lama kelamaan ruangan itu gelap. Cahaya lilin akan padam. Hati tak lagi menjadi tempat hidayah  Allah.

Tranformasi hati tak lain karena zalimnya kita akan diri kita. Noktah-noktah hitam sedikit demi sedikit menutup hati yang dulu bersih-suci kala bayi. Bagaimanakah akan menghadap Sang Raja diatas Raja Sang Pengasih diantara yang paling kasih sekiranya dalam dunia ini hati telah hitam. Akhirnya kekotoran hati terakumulasi dalam kesulitan dan kepayahan di dunia. Bagaimanakah lagi di kubur? Apa yang terjadi di Pengadilan Allah, Yaumul Mahsar?

Seorang soleh yang sering jadi panutan para sufi dan diabadikan Allah Azza Wajalla, Luqmanul Hakim menasehati anaknya.

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Lukman : 18)

Singkat kata bahwa dengan keluasan makna yang diuraikan oleh Djamaludin Ahmad Albuny bahwa khusyu berarti padamnya nafsu-nafsu maksiat dan tenangnya jiwa dan bersinarnya hati.

Wallahualam.....

Semoga Allah mencabut segala penyakit hati dalam dirimu dan aku sekeluarga. Amin

Artikel Terkait:

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

PRAY TIME

Buah Kekhusyu'an

Hati adalah kemudi yang mengarahkan prilaku jasad. Bagus dan jeleknya prilaku manusia, tergantung pada hati yang mengarahkannya. Disini khusyu diimplementasikan secara akhlaqi dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang khusyu adalah bukti terarahnya prilaku manusia. Sebab dengan hati yang khusyu prilaku manusia menjadi khusyu, tunduk kepada perintah hati yang bersih.
Tindakan yang khusyu, ucapan khusu' (bukan sia-sia), serta semua anggota badan termasuklah panca indera kulit turut khusyu seiring dengan seberapa khusyunya hati.

Tindakan mulia akan menjelma menjadi akhlaq mahmudah dan mengingkari akhlaq mazmumah. Kekhusyuan menumbuhkan kerendahan hati, memberikan sinar kebaikan dan keutamaan di sekelilingnya.

Hati yang khusyu seperti dikatakan para ulama sufi adalah khidmadnya hati pada keagungan Allah swt. Hati yang khusyu menyaksikan betapa agungnya Allah Yang Maha Kaya, dibandingkan dengan kecil dan tidak berartinya manusia di hadapan Khaliq Rabbul Izzah.

Manusia tak perlu merasa lebih dari manusia lain, awalaupun ia mempunyai kelebihan dari saudaran dan orang lain. Karena keangkuhanlah yang  akan bangkit berdiri, berakar dan menyusup ke sumsum kemudian berbuah  beranak menjadi riya, ujub dan kikir.

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari hadits yang berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Rosulullah saw pernah bersadda : " Tidak akan masuk syurga orang yang hatinya terselubung keangkuhan, walaupun hanya sebesar biji sawi."

Firman Allah : " Hamba-hamba Allah yang Maha Rahman, adalah mereka yang berjalan dimuka bumi dengan sikap rendah hati ..." QS. AL Furqan : 63)

Apabila seorang hamba mukmin telah dapat memadamkan api nafsunya, menjinakkan nafsu hewani yang menutup antara dirinya dengan Yang Maha Rahman, maka cahaya Allah akan menyinari hati sanubarinya, menembus kabut tabir yang membatasi dirinya dengan Allah Jalla Jalaaluh.

Memadamkan api hawa nafsu artinya menutup pintu hati dengan keimanan dan kekhusyuan. Dengan demikian seluruh anggota tubuh dan panca indera menjadi khusyu, mengikuti kekhusyuan hati. Sehingga akal akan menyelaraskan dengan hati dan bukan sebaliknya.

Berkata Imam Hasan Basri: "Khusyu merupakan getaran rasa takut yang terus menerus dalam hati orang soleh." Dikatakan pula bahwa khusyu adalah tenangnya hati ketika diselimuti hakikat karena menerima anugerah sehingga hati menjadi tunduk dan mendapatkan ketentraman.

Para sufi selalu memelihara hatinya agar menyimpan kebersamaan dan memelihara persaudaraan sesama muslim, Menuntun kaum mukminin dengan hati yang selalu tunduk kepada perintah iman, karena kekhusyuan hati akan menaklukkan sifat hewani, serta menghapus perasaan berbeda duniawai terhadap kaum muslimin yang lain.Semua yang merusak hati akan terkubur dengan nurul qalbi. 


Merasa berbeda  dan merasa lebih penting dari orang lain adalah sejenis penyakit hati. Sifat-sifat ini kelak akan berbuah kepada kezhaliman karena terkikisnya penghargaan akan orang lain dan menganggap lebih dan kadang melebih-lebihkan (boombastis). Muncullah kerakusan dan haus kekuasaan menguasai segumpal darah ini yang kelak menjadi tolak ukur untuk bertemu dengan Allah.

Hati yang gelap bagai ruangan yang berlilin kemudian ditiup dengan riya, ujub dan penyakit hati lainnya. Lama kelamaan ruangan itu gelap. Cahaya lilin akan padam. Hati tak lagi menjadi tempat hidayah  Allah.

Tranformasi hati tak lain karena zalimnya kita akan diri kita. Noktah-noktah hitam sedikit demi sedikit menutup hati yang dulu bersih-suci kala bayi. Bagaimanakah akan menghadap Sang Raja diatas Raja Sang Pengasih diantara yang paling kasih sekiranya dalam dunia ini hati telah hitam. Akhirnya kekotoran hati terakumulasi dalam kesulitan dan kepayahan di dunia. Bagaimanakah lagi di kubur? Apa yang terjadi di Pengadilan Allah, Yaumul Mahsar?

Seorang soleh yang sering jadi panutan para sufi dan diabadikan Allah Azza Wajalla, Luqmanul Hakim menasehati anaknya.

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Lukman : 18)

Singkat kata bahwa dengan keluasan makna yang diuraikan oleh Djamaludin Ahmad Albuny bahwa khusyu berarti padamnya nafsu-nafsu maksiat dan tenangnya jiwa dan bersinarnya hati.

Wallahualam.....

Semoga Allah mencabut segala penyakit hati dalam dirimu dan aku sekeluarga. Amin

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews