Syeikh Abdul Qadir berpesan bahwa manakala seorang hamba Allah diuji Nya, maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkan itu. Jika tak berhasil maka ia mencari pertolongan orang lain; pejabat, penguasa, orang kaya, pimpinan kantor, dan juga sahabat. Seandainya ia sakit, maka dokter, dukun dan paranormal yang menjadi tujuan.
Seandainya masalah juga tak kunjung selesai, maka ia hadapkan diri hinanya kepada Allah SWT dengan meratap dan meminta pertolongan seraya berujar, Ya..Rab, Ya Allah, Ya Rahman, Ya Hannan....
Ketika Allah membiarkan dirinya sakit dengan kesakitan itu. Seolah Nya berkata:
"Kemanakah engkau wahai Anu ketika kau dikala senang, dikala teman dan pimpinanmu mampu menyelesaikan masalahmu, ketika kau merasa bahwa dirimulah yang berkuasa atas dirimu sendiri.?". "Mengapa tiba-tiba kau meratap layaknya anak ditinggal emak?". "Padahal kaulah yang menjauhi Aku."
"Aku lebih dekat dari urat lehermu, Anu?"
Na'uzubillah....Sesungguhnya Rahman dan RahimMu lebih besar dari murkamu Ya..Ghayyasal Mustaghisiinn..
Ketika pertolongan itu dirasa tak didapat pula, maka ia meratap, shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuhnya harapan dan kecemasan terhadap Allah Jalla Jalaaluh.
Berkata Allah: "Sesungguhnya aku tak akan melepaskan ratapanmu sebelum kau putuskan segala keduniaanmu.
Ketika hal ini berjalan, maka tampaklah ketentuan-ketentuan dan keputusan Allah Jalla Jalaaluh pada si Sufi. Lepaslah Sufi dari keduniaanya.
No comments:
Post a Comment