Share sederhana ini diambil dari berbagai literatur, pengalaman pribadi dan hasil interview ke beberapa sahabat dan orang-orang yang cerita sufi kredible. Tak berpanjang-panjang, marilah kita lihat Hadist Nabi.
Bersumber dari Abdullah bin Busrin ra. bahwa seseorang mengadu kepada beliau, ia berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya syariat islam yang telah kulaksanakan telah banyak sekali. Lantaran itu kabarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kujadikan sebagai gantungan hidupku". Beliau bersabda: "Jangan sampai terhenti mulutmu basah oleh dzikir pada Allah".
(HR At Tirmizi dan lafaz ini baginya. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah serta Al Hakim dan Ibnu Hibban, menurut Al HAkim hadits ini syahih sanadnya)
Simaklah ayat Quran yang menyuruh kita menitikbertakan pada dzikir. Allah SWT berfirman Dalam Surah Al Ahzab 41- 42 yang Artinya :
"Wahai Orang-orang yang beriman sebut-sebutlah nama Allah SWT sebanyak-banyaknya. Sucikanlah nama tuhannya pagi maupun sore hari.
Tersebut juga perintah ini dalah surah Al Anfal 45, Ali Imran 141. Alasan untuk melantunkan dalam mengingat Allah baik dengan nama-namaNya yang agung, Asmaul Husana atau dengan penyebutan Ya Allah, Allah, Ya Robbi/Robbana. Allah membebaskan penyebutan selama dalam koridor Islam.
Islam juga mengajurkan kita untuk mengingat Rosulullah saw dalam bentuk shalawat. Menurut para orang tua, hikmah yang paling nyata dari sholawat adalah penyejuk, menghindari dari azab dan yang paling utama adalah mencintai apa yang dicintai Allah, yaitu Rosul Muhammad saw. Siapa yang mencintai apa yang Kucintai, maka Aku mencintainya. Begitulah amalan yang pernah Allah gariskan kepada Hambanya.
Beberapa simpulan manfaat Dzikir bagi ummat Islam:
1. Menjauhakan syeitan sekaligus menghancurkan kekuatannya.
2. Sebagai asbab untuk disuakai oleh Allah swt.
3. Menjauhakan dai kegundahan dan kesedihan hati.
4. Mendekatkan rizki
5. Menambah kecintaan kepada Ruh Islam dan tentunya Allah Azza wa Jalla.
6. Muroqabah (menentramkan pikiran) agak samapai kepada Ihsan.
7. Kembali kepada Allah (selayaknyalah segala hal dikembalikan kepada Allah untuk menghilangkan sifat
kesombongan akan kekuatan akal dan fisik yang dianugrahkanNya).
8. Menjadikan dekat dengan Allah.
9. Adalah pintu ma'rifatullah.
10. Sebagai penyebab untuk diingat oleh Allah swt.
11. Menghidupkan hati. (dengan kata lain tanpa dzikir hati itu mati, bagai ikan hidup tanpa air,
Ibnu Thaimiyah).
12. Makanan Hati dan Ruh.
13. Menjauhkan kesusahan dan kesalahan
14. Menjauhkan dari rasa takut dan keraguan.
15. Allah akan mengingat kita dalam keadaan susah nantinya.
16. Menjadikan kebaikan dan kebahagiaan bagi diri dan orang-orang disampingnya.
17. Berdzikir dalam kesendirian sehingga menangis dapat menjadikan hal itu naunggan dibawah Arsy Allah di
hari Kiamat.
18. Ibadah ringan (sangat mudah) dengan ganjaran yang sangat besar.
19. Dzikir adalah tabir syurga.
20. Sebagai Nur (cahaya) bagi pendzikir nantinya di Alam Barzah (kubur).
21. Memberikan progress kesuksesan di manapun berada, kapanpun waktunya, bagaimanapun perasaannya,
apapun kondisinya, dengan siapa/apasaja (pokoknya tak berbatas ruang dan waktu).
22. Penyembuh, pengobat, pelepas bagi penyakit hati (malas, iri, dengki, sombong, minta dipuji dsb)
23.Penganti Ibadah-ibadah sunnah.
24. Sumber syukur kepada Allah swt.
25. Penguat ketika melaksanakan amalan lain.
26. Majelis Dzikir adalah majelis malaikat.
27. Adalah Pohonya syurga
28. Menambah nikmat dan menyelamatkan azab dunia akhirat.
29. Membaskan diri dari kemunafikan.
30. Menjauhkan lidah dari mengucapkan yang dilarang (menggunjing, fitnah, menghasut dsb)
Banyak lagi faedah yang didapt dari amaliah yang satu ini. Satu hal catatan penulis bahwa amalan ini sangatlah ringan dibuat. Boleh jadi hal tersulit dan memerlukan proses panjang (boleh jadi seumur hidup kita) adalah mengkonsentrasikan hati dan mulut, atau denga kata lain akan dan hati sejalan sehingga ucapan yang keluar adalah ucapan yang dzikir yang di ridhoi oleh Allah swt.
Cerita Sufi akan menutup tulisan ini dengan kutipan kisah dari orang soleh Syeikh Al Junaid Al Bagdadi.
Syeikh Abu Bakar Kattani becerita :
“Suatu ketika beberapa orang berkumpul di Makkah pada musim Haji. Salah seorang di antaranya adalah Syeikh Junaid Al Baghdadi. Di dalam pertemuan tadi di kemukakan topik permasalahan “cinta kepada Allah” dan “Siapakah kekasih Allah” itu ? Masing masing memberikan pandangannya sendiri sendiri.
Tapi Syeikh Junaid Al Baghdadi hanya duduk diam. Kemudian mereka meminta supaya Syeikh Al Baghdadi juga mengemukakan pendapatnya.
Lalu Syeikh Al Baghdadi berkata sambil menagis, “Orang yang mencintai Allah dengan sebenarnya ialah apabila seseorang telah meniadakan ke-aku-annya. Dzikirullah telah menyatu dengan jiwanya, menunaikan hak-hak Allah sepenuhnya, melihat Allah dengan sanubarinya. Hatinya telah terikat dengan nur Illahi dan dzikirullah menjadi santapan baginya. Jika ia berbicara maka pembicaraannya adakah kalam Allah. Jika ia bergerak, maka bergerak menurut perintah Allah. Jika ia diam, maka diamnya bersama Allah. Ia hanya merasa senang dan tentram jika bersama Allah. Apabila keadaan seseorang sudah seperti itu, maka makan, minum, tidur dan bangunnya, serta apa pun yang di lakukannya adalah semata mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika itu adat dan kebiasaan dunia tidak dapat menghalanginya dan celaan para pencela tidak dihiraukannya sama sekali.”
Tapi Syeikh Junaid Al Baghdadi hanya duduk diam. Kemudian mereka meminta supaya Syeikh Al Baghdadi juga mengemukakan pendapatnya.
Lalu Syeikh Al Baghdadi berkata sambil menagis, “Orang yang mencintai Allah dengan sebenarnya ialah apabila seseorang telah meniadakan ke-aku-annya. Dzikirullah telah menyatu dengan jiwanya, menunaikan hak-hak Allah sepenuhnya, melihat Allah dengan sanubarinya. Hatinya telah terikat dengan nur Illahi dan dzikirullah menjadi santapan baginya. Jika ia berbicara maka pembicaraannya adakah kalam Allah. Jika ia bergerak, maka bergerak menurut perintah Allah. Jika ia diam, maka diamnya bersama Allah. Ia hanya merasa senang dan tentram jika bersama Allah. Apabila keadaan seseorang sudah seperti itu, maka makan, minum, tidur dan bangunnya, serta apa pun yang di lakukannya adalah semata mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika itu adat dan kebiasaan dunia tidak dapat menghalanginya dan celaan para pencela tidak dihiraukannya sama sekali.”
Semoga aku dan kamu sekeluarga di jadikan Ahli mengingat Allah Jalla Jalaaluh....Amin
Wallahualam..............
(Alham setelah hujan lebat kemarin hari ini panas tak terlalu menyengat kulit. I miss my big bro)
No comments:
Post a Comment